OPC, APC,STRUKTUR PRODUK, DAN BOM
PEMBUATAN LEMARI HIJAB
Aan Andri Yana, Annisaa
Utami Pangestu, Eka
Aprilia, Fransiscus
Serrano, Hanna
Amalia, Puspita.
Mahasiswa Program Studi Teknik
Industri, Fakultas Teknologi Industri,
Universitas Gunadarma
(Jl. Margonda Raya No. 100 Pondok
Cina, Depok 16424)
andri_94yana@yahoo.com, pangestuannisaa@gmail.com,ekaaaprilia@gmail.com, serranonano123@gmail.com,hannaamalias@gmail.com, puspitaavielzah@gmail.com
ABSTRAK
Kata
Kunci: OPC (Operation Process Chart), APC (Assembly Process Chart), Struktur
Produk, BOM, Lemari hijab.
Perusahaan
yang bergerak dalam bidang manufaktur tentunya memiliki sistem produksi agar
usahanya berjalan dengan lancar. Sistem produksi bertujuan untuk
mentransformasikan input menjadi output produksi guna
perencanaan dan pengendalian produksi yang lebih efisien, efektif, dan optimal.
Perusahaan memerlukan informasi mengenai waktu siklus, waktu normal, dan waktu
baku dari operator untuk menyelesaikan pekerjaannya. Namun terkadang perusahaan
tidak dapat menggambarkan
dengan jelas tahapan-tahapan dalam mentransformasikan input produksi sampai menjadi output produksi, sehingga informasi yang
diberikan sulit untuk dipahami dan waktu penyelesaian
yang dibutuhkan operator sulit untuk ditentukan.
Berdasarkan hal tersebut perusahaan membutuhkan alat yang dapat membantu dalam
perencanaan proses sekaligus penyampaian informasi, yaitu dengan menggunakan
OPC (Operation Process Chart), APC (Assembly Process Chart), Struktur produk
dan BOM (Bill of Material). Harapan dari perusahaan setelah dilakukan
pengaplikasian dari keempat alat tersbut adalah agar proses produksi lemari
hijab dapat berjalan dengan baik sesuai dengan sistem produksi yang diterapkan.
Waktu siklus, waktu normal, dan waktu baku dari proses
pembuatan lemari hijab adalah 19,57 menit,19,57 menit dan 22,505 menit. Proses pembuatan produk lemari hijab adalah pertama mengukur bahan mentah yaitu triplek dengan
tebal
1 cm, triplek diukur
sesuai dengan ukuran tiap komponen, kemudian dipotong, dihaluskan dan lubangi
setelah itu dirakit, waktu penyelesaiannya sebesar 35,78 menit. Langkah proses
perakitan pertama adalah merakit
komponen papan samping kanan dengan papan bawah, kemudian dirakit dengan papan samping
kecil, papan atas, papan samping kiri, dan papan sekat waktu penyelesaianny sebesar 15,14 menit. Komponen tambahan lemari hijab adalah gantungan lemari, dan sekrup 1 cm. Mesin yang digunakan mesin potong, mesin serut dan mesin bor. Terdapat 5 level struktur produk pembuatan lemari hijab baik
explotion maupun implotionyang dimulai dari level 0 hingga level 5.
PENDAHULUAN
Perusahaan yang bergerak dalam bidang
manufaktur khususnya yang memproduksi sebuah produk tentunya memiliki sistem
produksi agar usahanya berjalan dengan lancar. Sistem produksi itu sendiri
merupakan kumpulan sub sistem yang saling berinteraksi satu sama lain dengan
tujuan yang sama yaitu mentransformasikan input
produksi menjadi output produksi
guna perencanaan dan pengendalian produksi yang lebih efisien, efektif, dan
optimal. Perusahaan memerlukan informasi mengenai waktu siklus, waktu normal,
dan waktu baku dari operator untuk menyelesaikan pekerjaannya. Namun terkadang
perusahaan tidak dapat menggambarkan dengan jelas tahapan-tahapan dalam mentransformasikan
input produksi sampai menjadi output produksi, sehingga informasi yang
diberikan sulit untuk dipahami dan waktu penyelesaian
yang dibutuhkan operator sulit untuk ditentukan. Berdasarkan hal tersebut perusahaan
membutuhkan alat yang dapat membantu dalam perencanaan proses sekaligus
penyampaian informasi, yaitu dengan menggunakan OPC (Operation Process Chart), APC (Assembly
Process Chart), Struktur produk dan BOM (Bill of Material).
OPC (Operation
Process Chart) atau yang sering disebut dengan peta proses operasi
merupakan peta kerja yang menggambarkan urutan kerja dengan membagi pekerjaan
tersebut dan elemen-elemen operasi secara detail. Alat yang kedua adalah APC (Assembly Process Chart) atau sering
disebut dengan peta proses perakitan merupakan suatu peta kerja yang menggambarkan langkah-langkah
proses perakitan yang akan dialami oleh komponenberikut dengan pemeriksaannya dari awal proses hingga produk jadi selesai.
Alat yang ketiga adalah struktur produk yang merupakan cara
komponen-komponen itu bergabung ke dalam suatu produk selama proses
manufakturing. Alat yang terakhir adalah BOM (Bill of Material) adalah
sebuah daftar jumlah komponen, campuran bahan, dan bahan baku yang diperlukan
untuk membuat suatu produk. Keempat alat tersebut digunakan
karena dapat melihat urutan-urutan proses pembuatan suatu
produk dari bahan mentah
menjadi produk setengah jadi atau produk jadi dan dapat melihat urutan-urutan
proses perakitan suatu produk serta dapat digunakan
untuk memperlihatkan informasi pembentukan suatu produk dari komponen-komponen
pembentuknya.
Berdasarkan kondisi diatas maka keempat alat
tersebut diterapkan dalam proses pembuatan lemari hijab untuk melihat bagaimana
proses pembuatan lemari hijab mulai dari kebutuhan bahan mentah atau komponen
dan fasilitas yang diperlukan. Bagaimana proses pengerjaannya dengan
menggunakan peta proses operasi (OPC). Bagaimana proses perakitan komponen
untuk membuat lemari hijab menggunakan peta proses perakitan (APC), serta bagaimana struktur produkdanbill of material(BOM) dari produk lemari hijab.
Tujuan pada penulisan laporan akhir modul OPC,
APC, Struktur Produk, dan BOM ini adalah mengetahui waktu siklus, waktu
normal, dan waktu baku dari proses pembuatan lemari
hijab, mengetahui proses pembuatan produk lemari hijab dari
bahan mentah menjadi komponen, sub assembly, hingga produk jadi dan waktu
penyelesaianya. Mengetahuilangkah-langkah
proses perakitan yang dialami komponen pembentuk lemari hijab dari awal hingga
produk jadi dan waktu penyelesaianya, mengetahui komponen, komponen tambahandan mesin yang dibutuhkan untuk dirakit menjadi
sebuah produk lemari dan mengetahui level
pada struktur produk dan BOM. Harapan dari perusahaan setelah dilakukan
pengaplikasian dari keempat alat tersbut adalah agar proses produksi lemari
hijab dapat berjalan dengan baik sesuai dengan sistem produksi yang diterapkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Produksi dan teknologi
sangat dibutuhkan karena produksi adalah bidang yang terus berkembang
selaras dengan perkembangan teknologi. Kebutuhan produksi untuk beroperasi
dengan biaya yang lebih rendah, meningkatkan kualitas dan produktivitas, dan
menciptakan produk baru telah menjadi kekuatan yang mendorong teknologi untuk
melakukan berbagai terobosan dan penemuan baru. Fungsi produksi adalah fungsi
yang dilakukan untuk melakukan aktivitas pengubahan dan pengolahan sumber daya
produksi masukan menjadi keluaran, barang atau jasa, sesuai yang direncanakan
sebelumnya. Proses produksi merupakan cara, metode, dan teknik untuk
menciptakan atau menambah suatu kegunaan suatu produk untuk mengoptimalkan
sumberdaya produksi yang ada[1].
Peta proses operasi atau operation process chart (OPC) adalah peta kerja yang mencoba
menggambarkan urutan kerja dengan jalan membagi pekerjaan tersebut dan
elemen-elemen operasi secara detail. Peta operasi ini umumnya digunakan untuk
menganalisis operasi-operasi kerja yang memakan waktu beberapa menit persiklus.
Beberapa prinsip untuk membuat peta proses operasi, prinsip ini digunakan agar
peta tersebut mudah dipahami dan dimengerti oleh pembaca. Prinsip-prinsip untuk
membuat peta proses operasi adalah baris paling atas dinyatakan kepalanya peta
proses operasi yang diikuti oleh
identifikasi lain seperti nama objek, nama pembuat peta, tanggal
dipetakan, nomor peta, dan nomor gambar. Material yang akan diproses diletakan
diatas garis horizontal, yang menunjukan bahwa material tersebut masuk kedalam
proses. Lambang-lambang ditempatkan dalam arah vertikal, yang menunjukan
terjadinya perubahan proses. Penomoran terhadap suatu kegiatan operasi
diberikan secara berurutan sesuai dengan urutan operasi. Penomoran terhadap
suatu kegiatan pemeriksaan diberikan secara tersendiri dan perinsipnya sama
dengan penomoran untuk kegiatan operasi. Peta proses operasi dapat dibedakan
menjadi 2 jenis, yaitu proses produksi kontinyu dan proses produksi terputus. Assembly Process Chart(APC) atau biasa disebut dengan peta proses
perakitan merupakan suatu peta kerja yang menggambarkan langkah-langkah
proses perakitan yang akan dialami oleh komponenberikut dengan pemeriksaannya dari awal proses hingga produk jadi selesai. Peta proses perakitan memiliki beberapa
informasi yang perlu diketahui. Peta proses operasi berisi informasi-informasi yang
diperlukan untuk analisa lebih lanjut, seperti waktu yang dihabiskan, komponen
yang digunakan, dan alat-alat yang dipakai. APC
memiliki tujuan terutama untuk menunjukkan keterkaitan antara komponen,
yang dapat juga digambarkan oleh sebuah gambar terurai yang digunakan untuk
mengajar pekerja yang tidak ahli untuk mengetahui urutan suatu rakitan yang
rumit. Informasi-informasi yang bisa dicatat melalui peta proses operasi, kita
bisa memperoleh banyak kegunaan dan manfaat dari APC, antara lain menentukan
kebutuhan operator, mengetahui kebutuhan tiap komponen, alat untuk menentukan
tata letak fasilitas, alat untuk melakukan perbaikan cara kerja dan alat untuk
latihan kerja[2].
Struktur produk adalah
sebagai cara komponen-komponen itu bergabung ke dalam suatu produk selama
proses manufakturing. Struktur produk akan menunjukkan bahan baku yang
dikonversi ke dalam komponen-komponen fabrikasi kemudian komponen-komponen itu
bergabung secara bersama untuk membuat sub
assemblies, kemudian sub assemblies
bergabung bersama membuat assemblies dan seterusnya sampai produk akhir.
Kebanyakan produk memiliki struktur standar dimana sub assembly lebih banyak daripada produk akhir dan komponen daripada
sub assembly (berbentuk segitiga
dengan puncak adalah produk akhir, bagian tengah adalah assembly dan bagian bawah adalah komponen dan bahan baku). Terdapat
dua teknik yang digunakan pada struktur produk.
Explotionyaitu suatu teknik penguraian komponen struktur produk
yang urutan dimulai dari induk sampai komponen pada level paling bawah. Implotion, yaitu suatu teknik
penguraian komponen struktur produk yang urutan dimulai dari komponen sampai
induk atau level atas.
Jenis-jenis struktur produk berdasarkan keperluan pernecanaan, yang dibagi
menjadi dua jenis.Planning bills
dengan item yang dijadwalkan merupakan komponen atau sub assemblies untuk
pembuatan produk akhir, dimana item-item yang dijadwalkan itu secara fisik
lebih kecil dari pada produk akhir. Kategori jenis planning bills yaitu Modullar
bills, yaitu mengelompokkan sub assembly dan parts berdasarkan pada apakah
mereka adalah unit terhadap specific or
common productoption terhadap semua konfigurasi produk. Kelompok ini
disebut module, yang dijadwalkan
dalam MPS. Inverted bill of material,
yaitu suatu komponen tunggal atau bahan baku, seperti minyak, pulp, atau
cokelat, yang dapat diubah ke dalam banyak produk unik.Planning bills dengan item yang dijadwalkan memiliki produk akhir
sebagai komponennya (super bills),
dimana item-item yang dijadwalkan
secara fisik lebih besar dari pada produk akhir. Kategori planning bills ini adalah Super
bills of material, merupakan suatu planning bills dimana item yang
dijadwalkan lebih besar dari pada produk akhir disebut sebagai super bills. Secara spesifik suatu super bill adalah single level BOM, dimana parent adalah pseudo (not real) assembly, dan children
adalah real end products. Super family
bills of materials, untuk meningkatkan akurasi dari peramalan permintaan,
banyak perusahaan membentuk kelompok dari produk dengan pola permintaan serupa.
Ramalan agregat (family) biasanya
lebih akurat dari pada ramalan untuk satu produk. Penggunaan ramalan agregat
harus mengembangkan super family bill of
material yang terdiri dari family (pseudo)
assembly sebagai parent dan berbagai produk akhir individual dalam family
itu sebagai children. Super modular bill of material,
merupakan kombinasi antara super bill dengan modular bill. Super modular bill of material ini, parent adalah suatu unbuildable
group of modules yang digunakan hanya untuk tujuan perencanaan, sedangkan children adalah modules yang dapat muncul dalam produk akhir.Bill of material (BOM) adalah sebuah daftar jumlah komponen,
campuran bahan, dan bahan baku yang diperlukan untuk membuat suatu produk. Bill of material tidak hanya
menspesifikasikan produksi, tapi juga berguna untuk pembebanan biaya, dan dapat
dipakai sebagai daftar bahan yang harus dikeluarkan untuk karyawan produksi
atau perakitan. Bill of material
memiliki jenis-jenis berdasarkan strukturnya. Berikut ini adalah berbagai macam
jenis BOM berdasarkan strukturnya, yaitu: struktur standar (tree pyramid
structure),sub assembly
lebih banyak dibandingkan dengan produk akhir dan komponen lebih banyak
daripada sub assembly. Jumlah produk
akhir yang dibuat hanya sedikit dari komponen-komponen penyusunnya. Produk
akhir ini disimpan dalam stok untuk pengiriman. Struktur modular (bourglas structure),sub assembly atau modular lebih sedikit
dibanding produk akhir dan komponen lebih banyak daripada sub assembly. Jenis stuktur modular banyak produk akhir yang dibuat
dari sub assembly yang sama kemudian
disimpan untuk assembly untuk memenuhi
pesanan pelanggan. Struktur inverted sub
assembly lebih sedikit dibanding dengan produk akhir dan jumlah komponen
dan bahan baku lebih sedikit dibanding dengan sub assembly, dalam struktur inverted
banyak produk akhir dibuat dari sejumlah raw
material yang terbatas berdasarkan pada pesanan pelanggan [3].
Terdapat beberapa perhitungan dalam menentukan waktu
siklus, waktu normal dan waktu baku. Penjelasan waktu siklus adalah waktu
penyelesaian rata-rata selama pengukran pekerjaan, waktu normal adalah waktu
yang diperhitungakan berdasarkan dari faktor penyesuaian bertujuan untuk
mendapatkan waktu siklus rata-rata yang wajar. Waktu baku adalah waktu yang
sebenarnya digunakan operator untuk memproduksi satu unit dari data jenis
produk. Waktu standar untuk setiap part harus dinyatakan termasuk toleransi
untuk beristirahat untuk mengatasi kelelahan atau untuk faktor-faktor yang
tidak dapat dihindarkan Pengolahan data tersebut dapat dijelaskan
seperti berikut. [4]
Waktu siklus adalah waktu
penyelesaian satu satuan produksi mulai dari bahan baku mulai diproses di tempat
kerja yang biasa. Waktu siklus dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut: WS = Jumlah Waktu : Jumlah Pengamatan[4]
Untuk perhitungan
selanjutnya setelah didapatkan nilai siklus maka harus dihitung berapa waktu
normal untuk pekerja dengan melihat tingkat kewajaran kerja yang ditunjukkan.
Waktu normal sendiri adalah waktu penyelesaian pekerjaan yang diselesaikan oleh
pekerja dalam kondisi wajar dan kemampuan rata-rata. Waktu normal dihitung
menggunakan rumus: WN = Waktu Siklus x Penyesuaian. [4]
Waktu
baku merupakan waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal
untuk menyelesaikan suatu pekrjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik.
Waktu baku ini adalah waktu normal yang telah ditambah dengan kelonggaran untuk
pekerja, dimana kelonggaran difungsikan untuk menghilangkan kelelahan, memenuhi
kebutuhan pribadi, serta untuk hambatan-hambatan yang tidak terhindar.WB = Waktu normal (1 +
Kelonggaran).[4]
METODOLOGI PENULISAN
Metodologi penulisan merupakan prosedur berisi
langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pembuatan lemari hijab. Metodologi
penulisan pada laporan akhir sistem produksi ini terdiri dari beberapa bagian
atau kerangka penulisan.Langkah awal yang dilakukan adalah inisialisasi atau
penampungan ide-ide dalam menentukan produk. Selanjutnya adalah kegiatan
menentukan produk yang akan dibuat yaitu lemari hijab, penentuan produk
dilakukan dengan memilih salah satu ide yang ada sebelumnya. Kemudian langkah
selanjutnya adalah menyusun tinjauan pustaka yang digunakan untuk membandingkan
pembahasan masalah atau memperkuat hasil yang dapat dalam pembahasan.Landasan
teori berisikan teori-teori tentang modul OPC, APC, struktur produk, dan
BOM.Setelah menentukan produk kemudian kegiatan selanjutnya adalah pembuatan
desain produk, desain produk dibuat dalam bentuk 2 dimensi dengan menggunakan
software visio dan 3 dimensi dengan menggnakan software catia. Langkah selanjutnya yang dilakukan setelah membuat
desain produk adalah mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Alat dan
bahan yang digunakan berupa triplek ukuran 182 x 92x 1cm, sekrup dengan ukuran
1 cm, gantungan lemari, alat tulis, penggaris, stopwatch, mesin potongs, mesin bor, meja fabrikasi, meja assembly dan mesin serut. Langkah
selanjutnya yaitu pengumpulan data yang dilakukan pada saat proses perakitan
berlangsung. Data-data yang didapat dalam proses pengumpulan data berupa jumlah
komponen, ukuran tiap komponen, berat tiap komponen, dan harga tiap komponen.
Setelah pengumpulan data yang dibutuhkan telah didapat maka langkah selanjutnya
adalah melakukan pengolahan data.Pengolahan data dilakukan sesuai dengan rumus
yang ada dan terdapat dalam tinjauan pustaka. Pengolahan data tersebut meliputi
pembuatan OPC, APC, struktur produk dan BOM, selain itu dari pengolahan data
juga didapat perhitungan scrap, waktu
siklus, waktu normal dan waktu baku yang didapatkan dalam pembuatan lemari
hijab. Setelah pengolahan data selesai maka langkah selanjutnya adalah
menganalisa hasil perhitungan yang dilakukan, hal ini dilakukan guna
menjabarkan maksud dari setiap hasil yang didapat agar mudah dipahami.Setelah
menganalisa hasil tersbut kemudian dapat diketahui kekurangan dan kelebihan
pada produk lemari hijab. Kelebihan lemari hijab yaitu terdapat rak pada
samping lemari yang berguna sebagai tempat aksesoris pelengkap hijab, sekat
pada lemari yang disusun secara bertingkat memudahkan pengguna untuk mengambil
hijab tanpa membuat susunan hijab menjadi berantakan, pemberian gantungan pada
rak hijab berguna untuk menggantung lemari di dinding agar penempatan lemari
tidak memakan tempat. Kekurangan pada produk lemari hijab adalah triplek yang
digunakan kurang kokoh sehingga lemari hijab ini menjadi sedikit goyang,
kemudian jumlah sekat untuk menggantung hijab yang sangat terbatas yaitu hanya
terdiri dari 3 sekat.Setelah menganalisa produk dan diketahui kekurangan produk
langkah berikutnya adalah melakukan perbaikan dari kekurangan yang terdapat
pada produk langkah ini dilakukan jika dirasa sangat perlu untuk dilakukannya
perbaikan tersebut. Pada proses pembuatan lemari hijab ini belum dilakukan
perbaikan terhadap kekurangan tersebut.Langkah terakhir adalah membuat kesimpulan dan saran.
Kesimpulan bertujuan untuk menjawab tujuan penulisan sedangkan saran ditujukan untuk perbaikan penulisan selanjutnya agar lebih baik lagi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
dan pembahasan ini akan membahas tentang
pembuatan lemari hijab dan material
apa saja yang digunakan dalam membuat lemari hijab. Pembahasan ini terdiri dari
deskripsi produk, gambaran Operational
Process Chart (OPC) dan Assembly
Process Chart (APC), struktur produk, serta Bill Of Material (BOM). Pembuatan produk lemari hijab membutuhkan
data-data mengenai komponen-komponen yang digunakan dalam pembuaatan lemari
hijab, baik komponen utama ataupun komponen tambahan, data mesin-mesin yang
digunakan, dan data waktu perakitan.Berikut merupakan hasil dan pembahasan
terhadap pembuatan lemari hijab.
Produk yang dibuat perusahaan diberi nama lemari hijab.
Lemari hijab ini dibuat dengan menggunakan bahan triplek dengan tebal 1 cm.
Lemari hijab ini ditujukan untuk masyarakat umum yang menggunakan hijab dalam
beraktivitas. Lemari hijab ini terdiri dari enam komponen utama yang menyusun
lemari hijab tersebut. Komponen-komponen tersebut teridi dari papan samping
kanan, papan bawah, papan samping kecil, papan atas, papan samping kiri dan
papan sekat. Selain komponen utama terdapat komponen tambahan penyusun produk
tersebut berupa sekrup dan gantungan. Lemari hijab ini memiliki ukuran panjang
60 cm, lebar 40 cm dan tinggi 30 cm.
Produk ini memiliki kelebihan dalam fungsinya yaitu
lemari ini diletakan didinding sehingga tidak memakan tempat yang banyak.
Lemari hijab ini juga membuat hijab tidak mudah kusut dan mudah diletakan
sehingga lebih mudah bila mencari hijab yang ingin digunakan. Kelebihan lainnya
lemari hijab ini yaitu pada papan samping yang dapat digunakan untuk meletakan
kosmetik dan lainnya. Gambar 1 berikut merupakan gambar lemari hijab yang sudah
dibuat.
Kekurangan dari produk ini adalah produk ini rapuh jika
tidak diletakan didinding. Kekurangan lainnya adalah lemari hijab ini memiliki
model yang sedikit kaku, sehingga kurang menarik untuk dilihat. Harga lemari
hijab ini adalah sebesar Rp 300.000,-
Gambar 1 Lemari Hijab 3D dan Produk Asli
Lemari hijab membutuhkan komponen-komponen penyusun.
Komponen yang dibutuhkan diantaranya komponen utama dan komponen tambahan. Berikut
ini Tabel 1 merupakan penjelasan komponen utama yang digunakan.
Tabel 1Komponen Utama
No. Komp
|
Nama Komponen
|
Unit/
Assy
|
Tipe Bahan
|
Gambar Dimensi Pakai (cm)
|
Gambar Dimensi Terima (cm)
|
Berat/Unit (kg)
|
Harga/Unit (Rp)
|
001
|
Papan Samping Kanan
|
1
|
Triplek
|
40x30x1
|
41x31x1
|
0,7
|
9868,012422
|
002
|
Papan Bawah
|
1
|
Triplek
|
40x9x1
|
41x10x1
|
0,2
|
3183,23
|
003
|
Papan Samping Kecil
|
1
|
Triplek
|
40x5x1
|
41x6x1
|
0,1
|
1909,938
|
004
|
Papan Atas
|
1
|
Triplek
|
60x40x1
|
61x41x1
|
1
|
19417,702
|
005
|
Papan Samping kiri
|
1
|
Triplek
|
40x30x1
|
41x31x1
|
0,7
|
9868,012422
|
006
|
Papan Sekat
|
3
|
Triplek
|
48x1x1
|
49x1x1
|
0,03
|
380,435
|
Komponen utama yang akan diproses terlebih dahulu dihitung harga per
unitnya. Ukuran per lembar triplek 182x92x1 cm dan harga lembar
tripleknya adalah Rp 130.000,-. Salah satu contoh perhitungannya adalah sebagai
berikut:
Harga kaki meja kanan =
=
= Rp 9868,012422,-
Tabel 1 tersebut menunjukkan nomor komponen, nama
komponen, unit, tipe bahan, gambar dimensi pakai, gambar dimesi terima, berat
perunit dan harga perunit. Komponen utama diletakan pada komponen paling atas,
yaitu pada nomor komponen satu. Komponen ini merupakan papan samping kanan yang
merupakan komponen utama dengan perlakuan yang paling banyak. Unit merupakan
banyaknya papan samping yang digunakan. Papan samping yang digunakan adalah
sebanyak 1 unit atau 1 buah. Tipe bahan disini adalah bahan dari papan samping
kanan tersebut. Bahan yang digunakan adalah kayu dengan jenis triplek. Gambar
dimensi pakai adalah gambar dari bentuk komponen yang digunakan. Gambarnya
berupa persegi panjang, hal ini menunjukan bahwa komponen papan samping kanan
ini berbentuk persegi panjang dengan ukuran yang digunakan dalam
gambar adalah 1:20 dan ukuran asli papan yang
dipakai adalah 40x30x1 cm. Gambar dimensi terima merupakan gambar komponen
papan samping kanan yang diterima dimana masih terdapat allowance, ukuran terimanya adalah sebesar 41x31x1 cm. Berat
perunit komponen papan samping kanan adalah sebesar 0,7 kg. Harga perunit
merupakan harga satuan komponen tersebut. Harga perunit komponen papan samping
kanan adalah Rp 9868,012422,-. Nomor komponen 002 yaitu dengan nama komponen
papan bawah. Papan bawah terdiri 1 unit. Tipe bahan yang digunakan adalah kayu.
Gambar dimensi pakainya persegi panjang dengan ukuran 40x9x1 cm dan gambar
dimensi terimanya persegi panjang dengan ukuran sebesar 41x10x1 cm. Berat
perunit sebesar 0,2 kg. Harga perunit komponen papan bawah adalah Rp 3183,23,-.
Nomor komponen 003 yaitu dengan nama komponen papan samping kecil. Papan
samping kecil terdiri 1 unit. Tipe bahan yang digunakan adalah kayu. Gambar
dimensi pakainya persegi panjang dengan ukuran 40x5x1 cm dan gambar dimensi
terimanya persegi panjang dengan ukuran sebesar 41x6x1 cm. Berat perunit
sebesar 0,1 kg. Harga perunit komponen papan samping kecil adalah Rp
1909,938,-. Nomor komponen 004 yaitu dengan nama komponen papan atas. Papan
atas terdiri 1 unit. Tipe bahan yang digunakan adalah kayu. Gambar dimensi
pakainya persegi panjang dengan ukuran 60x40x1 cm dan gambar dimensi terimanya
persegi panjang dengan ukuran sebesar 61x41x1 cm. Berat perunit sebesar 1 kg.
Harga perunit komponen papan atas adalah Rp 19417,702,-. Nomor komponen 005
yaitu dengan nama komponen papan samping kiri. Papan samping kiri terdiri 1
unit. Tipe bahan yang digunakan adalah kayu. Gambar dimensi pakainya persegi
panjang dengan ukuran 40x30x1 cm dan gambar dimensi terimanya persegi panjang
dengan ukuran sebesar 41x31x1 cm. Berat perunit sebesar 0,7 kg. Harga perunit
komponen papan samping kiri adalah Rp 9868,012422,-. Nomor komponen 006 yaitu
dengan nama komponen papan sekat. Papan sekat terdiri 3 unit. Tipe bahan yang
digunakan adalah kayu. Gambar dimensi pakainya persegi panjang dengan ukuran
48x1x1 cm dan gambar dimensi terimanya persegi panjang dengan ukuran sebesar
49x1x1 cm. Berat perunit sebesar 0,03 kg. Harga perunit komponen papan sekat
adalah Rp 380,435,-.
Total harga komponen penyusun lemari
hijab sebesar Rp 44627,33,-. Total harga komponen tersebut lebih kecil dariharga
awal lembaran triplek karena komponen utama telah mengalami proses produksi
sehingga ukuran lembaran triplek berkurang. Komponen tambahan yang terdapat
pada lemari hijab merupakan komponen pelengkap terhadap produk yang dihasilkan.
Komponen tambahan terdiri dari dua buah komponen, seperti yang dijelaskan pada
Tabel 2.
Tabel 2 Komponen
Tambahan
No. Komp
|
Nama Komponen
|
Unit/Assy
|
Tipe Bahan
|
Ukuran Kemasan (cm)
|
Unit Tersedia
|
Berat/Unit (kg)
|
Harga/Unit (Rp)
|
007
|
Sekrup 1cm
|
22
|
Besi
|
5 x 5 x2,5
|
50
|
0,001
|
140
|
008
|
Gantungan lemari
|
2
|
Besi
|
6x2,5x0,2
|
2
|
0,009
|
5000
|
Komponen tambahan yang
digunakan untuk pembuatan lemari hijab terdiri dari dua komponen. Nomor
komponen 007 dengan nama komponen sekrup ukuran 1 cm jumlah sekrup yang
digunakan sebanyak 22 unit sekrup. Tipe bahan dari sekrup adalah besi dengan ukuran kemasan 5x5x2,5 cm. Unit tersedia sebanyak 50 unit, hal ini
menunjukan bahwa sekrup yang tersedia adalah sebesar 50 unit dengan berat 0,001
kg/unit. Harga sekrup perunit adalah sebesar Rp 140,-. Komponen tambahan kedua
adalah gantungan lemari. Gantungan lemari yang digunakan adalah sebanyak 2 unit dengan tipe bahan besi. Ukuran dari gantungan adalah 6x2,5x0,2 cm dengan
unit yang tersedia adalah 2 unit. Berat dari gantungan adalah 0.009 kg/unit.
Harga gantungan perunit adalah sebesar Rp 5000,-. Komponen-komponen penyusun lemari
hijab tersebut, nantinya akan diukur, dipotong, dihaluskan, dilubangi dan
dirakit. Proses operasi tersebut dilakukan dengan menggunakan beberapa mesin.
Mesin-mesin yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Mesin-Mesin
No. Mesin
|
Nama Mesin
|
Proses
|
Tipe Bahan
|
F1
|
Meja Fabrikasi
|
Mengukur
|
Kayu
|
F2
|
Mesin Potong
|
Memotong
|
Besi + Plastik
|
F3
|
Mesin Serut
|
Menghaluskan
|
Besi + Plastik
|
F4
|
Mesin Bor
|
Melubangi
|
Besi + Plastik
|
A1
|
Meja Assembly
|
Merakit
|
Besi
|
Proses operasi
komponen-komponen penyusun
lemari hijab pertama kali adalah mengukur. Proses mengukur dilakukan
menggunakan meja fabrikasi yang bertipe bahan kayu dengan nomor mesin F1.
Proses selanjutnya komponen utama yang sudah diukur kemudian dipotong
menggunakan mesin potong dengan tipe bahan besi dan plastik dengan nomor mesin
F2. Menghaluskan komponen dilakukan setelah memotong komponen, menghaluskan
komponen dilakukan agar komponen lebih rapih dan ukurannya sesuai dengan ukuran
seharusnya. Menghaluskan komponen dilakukan menggunakan mesin serut dengan
nomor mesin F3. Setelah komponen dihaluskan maka selanjutnya adalah melubangi
komponen menggunakan mesin bor. Mesin bor yang digunakan menggunakan mata bor
ukuran 0,2 cm dengan nomor mesin F4. Perakitan komponen-komponen yang sudah diproses
dilakukan dimeja assembly dengan
nomor mesin A1. Pembacaan komponen
utama dan tambahan akan lebih mudah jika menggunakan simbol. Pembuatan simbol
antara satu komponen dengan komponen yang lain harus berbeda sehingga tidak
terjadi kekeliruan simbol. Simbol yang dipakai untuk komponen utama dan
tambahan adalah seperti pada Tabel 4.
Tabel 4 Data-Data Komponen
Utama dan Tambahan
No. Komp
|
Nama Komponen
|
Simbol
|
Kuantitas
|
001
|
Papan Samping Kanan
|
PSKA
|
1
|
002
|
Papan Bawah
|
PB
|
1
|
003
|
Papan Samping Kecil
|
PSK
|
1
|
004
|
Papan Atas
|
PA
|
1
|
005
|
Papan Samping Kiri
|
PSKI
|
1
|
006
|
Papan Sekat
|
PS
|
3
|
007
|
Sekrup 1cm
|
S
|
22
|
008
|
Gantungan Lemari
|
GL
|
2
|
Proses-proses yang dilakukan dengan menggunakan mesin, akan mengurangi
ukuran bahan yang digunakan. Berkurangnya ukuran komponen atau bahan tersebut
karena adanya komponen atau bahan yang diproses dengan cara dipotong,
dihaluskan dan dilubangi. Ampas hasil proses tersebut disebut scrap. Berikut ini dapat dilihat
rangkuman dari perhitungan scrap
masing-masing komponen pada Tabel 5.
Tabel 5 Perhitungan Scrap
Nama Komponen
|
Operasi
|
Sebelum
(Volume Diterima)
|
Setelah Proses
(Volume Pakai)
|
%Scrap
|
Papan Samping Kanan
|
Mengukur
|
(41x31x1)
|
(41x31x1)
|
0%
|
Memotong
|
(41x31x1)
|
(40,5x30,5x1)
|
2,81%
|
|
Menghaluskan
|
(40,5x30,5x1)
|
(40x30x1)
|
2,85%
|
|
Melubangi
|
(40x30x1)
|
(40x30x1)
|
0,02355%
|
|
Papan Bawah
|
Mengukur
|
(41x10x1)
|
(41x10x1)
|
0%
|
Memotong
|
(41x10x1)
|
(40,5x9,5x1)
|
6,16%
|
|
Menghaluskan
|
(40,5x9,5x1)
|
(40x9x1)
|
6,43%
|
|
Melubangi
|
(40x9x1)
|
(40x9x1)
|
0%
|
|
Papan Samping
Kecil
|
Mengukur
|
(41x6x1)
|
(41x6x1)
|
0%
|
Memotong
|
(41x6x1)
|
(40,5x5,5x1)
|
9,45%
|
|
Menghaluskan
|
(40,5x5,5x1)
|
(40x5x1)
|
10,21%
|
|
Melubangi
|
(40x5x1)
|
(40x5x1)
|
0,0471%
|
|
Papan Atas
|
Mengukur
|
(61x41x1)
|
(61x41x1)
|
0%
|
Memotong
|
(61x41x1)
|
(60,5x40,5x1)
|
2,02%
|
|
Menghaluskan
|
(60,5x40,5x1)
|
(60x40x1)
|
2,05%
|
|
Melubangi
|
(60x40x1)
|
(60x40x1)
|
0,00523%
|
|
Papan Samping
Kiri
|
Mengukur
|
(41x31x1)
|
(41x31x1)
|
0%
|
Memotong
|
(41x31x1)
|
(40,5x30,5x1)
|
2,81%
|
|
Menghaluskan
|
(40,5x30,5x1)
|
(40x30x1)
|
2,85%
|
|
Melubangi
|
(40x30x1)
|
(40x30x1)
|
0,0157%
|
|
Papan Sekat
|
Mengukur
|
(49x1x1)
|
(49x1x1)
|
0%
|
Memotong
|
(49x1x1)
|
(48,5x1x1)
|
1,02%
|
|
Menghaluskan
|
(48,5x1x1)
|
(48x1x1)
|
1,03%
|
|
Melubangi
|
(48x1x1)
|
(48x1x1)
|
0%
|
Operasi-operasi yang dilakukan menghasilkan scrap. Banyaknya scrap dapat
dihitung menggunakan rumus-rumus yang sudah ada. Banyak scrap dari operasi memotong dapat diketahui dengan menggunakan
rumus memotong seperti perhitungan scrap dari
papan samping kanan sebagai berikut.
=
= 2,81%
Menghaluskan dilakukan setelah proses memotong. Menghaluskan dilakukan
menggunakan rumus yang sama dengan operasi memotong, seperti perhitungan scrap dari papan samping kanan berikut
ini.
= 2,85%
Operasi melubangi merupakan operasi yang dilakukan setelah proses
menghaluskan. Perhitungan melubangi sebelumnya harus diketahui terlebih dahulu
diameter mata bor untuk selanjutnya mencari volume. Volume yang sudah didapat
selanjutnya dikalikan dengan banyaknya lubang yang ingin dibuat pada
masing-masing komponen, hasil yang didapat selanjutnya dimasukan kedalam rumus
untuk mencari scrap dari proses
melubangi seperti contoh perhitungan papan samping kanan berikut ini.
Diameter mata bor (d) = 0,2 cm
V =
V =
x (3,14) x(0,2)2x(1)
V =
0,0314 cm3
Melubangi papan samping kanan terdapat 9 buah lubang. Berikut merupakan contoh perhitungan scrap pada proses melubangi papan
samping kanan yang dikalikan dengan banyaknya lubang.
Vs =
0,0314 x 9 = 0,2826 cm3
=
= 0,02355%
Perhitungan yang dilakukan
diatas merupakan contoh untuk mencari scrap
komponen papan samping kanan. Perhitungan mencari scrap tersebut dimulai dari proses operasi mengukur. Proses operasi
mengukur dilakukan pada meja fabrikasi dengan bantuan alat penggaris dan stopwatch. Hasil nilai scrap sebesar 0 karena komponen papan
samping kanan tidak mengalami pengurangan ukuran sama sekali sehingga tidak ada
scrap yang dihasilkan. Operasi
selanjutnya adalah memotong komponen menggunakan mesin potong yaitu mesin jigsaw. Nilai scrap untuk proses
pemotongan adalah sebanyak 2,81%. Nilai ini mengartikan bahwa dari komponen
papan samping kanan akan terbuang atau menghasilkan scrap sebesar 2,81%. Penghalusan dengan mesin serut adalah langkah
selanjutnya setelah proses pemotongan selesai dilakukan. Penghalusan komponen
papan samping kanan tersebut menghasilkan scrap
sebesar 2,85%. Langkah selanjutnya adalah melubangi komponen papan samping
kanan dengan menggunakan mesin bor tangan. Nilai scrap yang dihasilkan berdasarkan proses operasi tersebut sebesar
0,02355%. Proses yang dilakukan setelah proses melubangi yaitu proses
perakitan. Proses tersebut dilakukan oleh satu orang operator dengan dua kali
perakitan. Hal ini dilakukan agar operator telah terbiasa dengan proses
perakitan yang akan dilakukan, sehingga hasil konversi waktu kedua diharapkan
lebih cepat dan menghasilkan proses perakitan produk yang lebih baik. Waktu perakitan yang
dilakukan oleh operator tersebut akan berpengaruh terhadap perhitungan waktu
yang akan dilakukan. Perhitungan waktu siklus memerlukan data dari waktu yang
dibituhkan operator dalam melakukan dua kali perakitan tersebut.
Data selanjutnya yang dibutuhkan adalah data waktu perakitan, dimana
waktu perakitan lemari hijab yang dilakukan sebanyak dua kali dicatat kedalam data waktu
perakitan.Berikut merupakan tabel mengenai data waktu dalam perakitan lemari
hijab pada perakitan pertama dan perakitan kedua yang ditujunjukan pada tabel 6.
Tabel 6 Data Pencatatan Waktu Perakitan (Menit)
No
|
Nama Komponen
|
Perakitan (Menit)
|
Kuantitas
|
|
I
|
II
|
|||
1
|
Papan samping kanan + papan bawah
|
4
|
1, 583
|
1
|
2
|
Perakitan 1 + Papan samping kecil
|
2,85
|
1, 62
|
1
|
3
|
Perakitan 2 + Papan atas
|
4,9
|
4,5
|
1
|
4
|
Perakitan 3 + Papan samping kiri
|
3,47
|
1,22
|
1
|
5
|
Perakitan 4 + Papan sekat
|
11
|
4
|
1
|
Total
|
26,22
|
12,923
|
|
Berdasarkantabel
diatasdapat diketahui bahwa komponen-komponen mengalami 5 kali proses perakitan
seperti yang ditunjukan pada kolom nama komponen. Perakitan yang dilakukan
sebanyak dua kali dimana perakitan tersebut dialakukan oleh satu orang
operator. Berdasarkan data waktu perakitan pertama diperoleh waktu selama
26,22menit. Hal tersebut menunjukkan waktu yang dibutuhkan oleh operator untuk
menyelesaikan perakitan pertama.Waktu perakitan kedua diperoleh waktu selama
12,923menit.Hal tersebut menunjukkan waktu yang dibutuhkan oleh operator untuk
menyelesaikan perakitan kedua.Waktu perakitan kedua lebih cepat dibandingkan
dengan perakitan pertama dengan perbedaan waktu selama 13,297 menit.Hal
tersebut dikarenakan operator mulai terbiasa dengan perakitan lemari hijab pada
perakitan yang kedua.Kuantitas pada tabel berisikan nilai 1 yang menunjukan
jumlah dari komponen.Selain terdapat tabel data waktu perakitan pertama dan
kedua, terdapat pula tabel data pencatatan waktu pemeriksaan.Berikut Tabel 7
merupakan tabel data pencatatan waktu pemeriksaan.
Tabel 7 Data Pencatatan Waktu Pemeriksaan
Simbol
|
Nama Produk
|
Waktu Proses
|
|
LH
|
Lemari hijab
|
2 menit
|
15 detik
|
Berdasarkan data mengenai komponen-komponen penyusun dalam pembuatan
lemari hijab yang masing-masing komponen terdiri dari 1 unit, maka pembuatan
lemari hijab akan melalui beberapa tahap. Tahap pertama adalah perhitungan
waktu siklus, waktu normal, dan waktu baku dalam membuat sebuah lemari hijab. Berikut ini adalah perhitungan waktu siklus, waktu normal dan waktu baku.
Perhitungan
Waktu Siklus menggunakan rumus yang diperoleh dari hasil bagi antara jumlah
perakitan I dan II dengan banyaknya kegiatan.Berikut merupakan perhitungan
waktu siklus.
Waktu siklus (Ws) =
=
=
= 19, 57 menit
Waktu
siklus diperoleh berdasarkan waktu perakitan rata-rata yang dilakukan oleh
operator selama merakit satu unit lemari hijab. Proses perakitan dilakukan
sebanyak dua kali oleh seorang operator yang sama. Berdasarkan perhitungan
dapat dilihat bahwa waktu perakitan satu unit lemari hijab yang dibutuhkan
operator adalah selama 19,57 menit.
Perhitungan
Waktu Normal menggunakan rumus yang diperoleh dari hasil perkalian waktu siklus
dengan penyesuaian yang bernilai 1.Berikut merupakan perhitungan waktu normal.
Waktu Normal (Wn) = Ws x
P
=
19,57 x 1
=
19, 57 menit
Waktu
normal operator dalam merakit satu unit lemari hijab adalah selama 19,57 menit.
Artinya, waktu penyelesaian pekerjaan yang dibutuhkan operator dalam kondisi
wajar dan kemampuan rata-rata dengan memperhatikan faktor penyesuaian yang
diasumsikan sebesar 1 adalah selama 19,57 menit.
Perhitungan
Waktu Baku diperoleh dari hasil penjumlahan waktu normal dengan kelonggaran
yang bernilai 15%. Berikut merupakan perhitungan waktu baku.
Waktu Baku
(Wb) = Wn + (1 x l)
= 19, 57 + ( 1 x 0,15)
= 22, 505
menit
Waktu baku operator dalam merakit
satu unit lemari hijab adalah selama 29,4 menit. Artinya, waktu penyelesaian
pekerjaan oleh seorang operator normal secara wajar dengan sistem yang terbaik
pada saat itu adalah selama 29,4 menit.
Berdasarkan data-data diatas seperti waktu pengerjaan, persentasi
nilai scrap,komponen yang digunakan, dan juga alat yang digunakan maka dapat dibuat Operation Process Chart atau OPC. OPC merupakan peta yang
menggambarkan keseluruhan operasi dan pemeriksaan yang dialami komponen dari
awal hingga menjadi produk lemari hijab. OPC dari pembuatan tempat lemari hijab dapat dilihat
pada Gambar 2.
Gambar 2Operation Process
Chart (OPC)
Peta proses operasi merupakan peta
yang menggambarkan urutan operasi dan pemeriksaan dari tiap komponen hingga
menjadi produk, pada peta proses operasi dapat dilihat terdapat 6 komponen
penyusun lemari hijab. Komponen utamanya adalah papan samping kanan, hal ini
dikarenakan papan samping kanan paling banyak mendapatkan perlakuan.Komponen
utama diletakan pada bagian paling kanan peta. Peta proses operasi ini termasuk
kedalam jenis OPC continue dikarekan
urutan penomoran dari proses operasi yang terus berlanjut kebawah sampai dengan
proses selesai. Informasi yang diperoleh berdasarkan peta ini yaitu terdapat
identitas peta seperti nama objek dimana nama objek ini berisikan objek yang
akan dibuat yaitu lemari hijab. Nomor peta berisikan 1 yang menjelaskan bahwa
OPC merupakan peta pertama. Terdapat juga informasi mengenai jumlah kegiatan
operasi yaitu sebanyak 27 kegiatan dengan waktu 35,763 menit dan satu kali
pemeriksaan dengan waktu selama 2,2 menit. Total waktu yang diperlukan untuk
merakit keseluruhan komponen mulai dari mengukur tiap komponen, kemudian
dipotong, dihaluskan dan lubangi setelah itu dirakit hingga menjadi satu
unit lemari hijab beserta pemeriksaannya yaitu selama 37,963 menit.
Terdapat juga informasi mengenai
komponen tambahan, jenis mesin yang digunakan, waktu dari setiap operasi yang
dilakukan serta alur dari proses lemari hijab. Komponen tambahan yang digunakan
dalam pembuatan lemari hijab adalah sekrup dengan ukuran 1 CM dan gantungan
lemari.Sekrup digunakan untuk merakit masng-masing komponen, sedangkan
gantungan lemari digunakan untuk meletakan lemari diatas dinding. Terdapat 5
jenis mesin yang digunakan yaitu meja fabrikasi untuk proses mengukur, mesin
potong untuk proses memotong, mesin serut untuk proses menghaluskan, mesin bor
untuk proses melubangi, dan meja assembly
untuk proses merakit. Setalah membuat OPC langkah selanjutnya adalah
membuat Assembly Process Chart (APC).
Berikut merupakan gambaran dari proses perakitan yang dialami komponen seperti
terlihat pada Gambar 3.
Gambar 3Assembly Process
Chart (APC)
Peta
proses perakitan (APC) merupakan peta yang hanya memperliahatkan gambaran
pengerjaan yang dilalui komponen selama proses merakit. Pada peta proses
perakitan dapat dilihat bahwa lemari hijab terdiri dari 6 komponen. Infromasi
yang diperoleh dari peta proses prakitan ini adalah urutan dari proses
perakitan keenam komponen hingga menjadi lemari hijab. Perakitan pertama adalah
merakit papan samping kanan dengan papan bawah dimana perakitannya menggunakan
sekrup dengan waktu perakitan selama 1,583 menit.Perakitan kedua adalah merakit
papan samping kecil dengan hasil perakitan 1 dimana perakitannya menggunakan
sekrup dengan waktu perakitan selama 1,62 menit.Perakitan ketiga adalah merakit
papan atas dengan hasil perakitan 2 dimana perakitannya menggunakan sekrup dan
gantungan dengan waktu perakitan selama 4,5 menit.Perakitan keempat adalah
merakit papan samping kiri dengan hasil perakitan 3 dimana perakitannya
menggunakan sekrup dengan waktu perakitan selama 1,22 menit. Perakitan terakhir
adalah merakit papan sekat dengan hasil perakitan 4 dimana perakitannya
menggunakan sekrup dengan waktu perakitan selama 4 menit. Waktu pemeriksaan
yang dibutuhkan adalah selama 2,2 menit. Total waktu dari kelima perakitan yang
dilakukan adalah selama 12,923 menit. Sedangkan total keseluruhan waktu untuk
merakit satu buah lemari hijab dengan pemeriksaannya yaitu selama 15,123 menit.
Selanjutnya setelah membuat OPC dan
APC adalah membuat struktur produk.Struktur produk terbagi menjadi dua jenis
yaitu implotion dan explotion.Berikut ini merupakan gambar
dari struktur produk implotion
seperti terlihat pada Gambar 4.
Gambar 4.Struktur Produk Implotion
Gambar 4. menunjukkan struktur
produk dengan jenis implotion dimana
penguraian struktur produk diurutkan
dari komponen level paling bawah sampai komponen level atas. Struktur produk
ini dimulai dari penguraian komponen utama yaitu papan samping kanan sampai
produk jadi atau yang telah dirakit yaitu Lemari Hijab. Pada level 0 terdapat
komponen papan samping kanan dengan nomor komponen 001 berjumlah 1 unit, papan
bawah dengan nomor komponen 002 berjumlah 1 unit, sekrup 1 cm dengan nomor
komponen 007 berjumlah 3 unit. Ketiga komponen tersebut mengalami perakitan yang
pertama pada level 1. Selanjutnya, papan samping kecil dan sekrup dengan nomor
komponen masing-masing 003 dan 007 dengan jumlah 1 dan 3 unit akan mengalami
perakitan yang merupakan hasil gabungan dengan perakitan ke 1, yaitu perakitan
ke 2. Pada level 2 terdapat komponen papan atas dengan nomor komponen 004
berjumlah 1 unit, ditambah dengan komponen tambahan yaitu sekrup 1 cm dengan
nomor komponen 007 berjumlah 7 unit dan gantungan lemari dengan nomor komponen
008 berjumlah 2 unit. Komponen-komponen tersebut akan mengalami perakitan ke 3
pada level 3. Level 3 terdapat komponen papan samping kiri dengan nomor
komponen 005 berjumlah 1 unit dan komponen tambahan sekrup 1 cm bernomor
komponen 007 berjumlah 3 yang akan mengalami perakitan di level ke 4 yaitu perakitan
ke 4. Level ke 4 terdapat komponen papan
sekat dengan nomor komponen 006 berjumlah 3 unit dan komponen tambahan sekrup 1
cm dengan nomor komponen 007 sebanyak 6 unit. Komponen tersebut merupakan
komponen paling akhir mengalami perakitan yaitu perakitan ke 5 pada level ke
5. Setelah kelima perakitan dilakukan
maka selesailah perakitan lemari hijab.
Gambar 5.Struktur Produk Eksplotion
Penjelasan mengenai
Gambar 5 sama dengan penjelasan pada Gambar 4 tetapi pada Gambar 5 menunjukkan struktur
produk dengan jenis explotion dimana
penguraian struktur produk diurutkan
dari induk hingga komponen level paling bawah. Pada level 0 terdapat produk
yang selesai mengalami perakitan yaitu lemari hijab. Level 1 menunjukkan
perakitan papan sekat dengan nomor komponen 006 berjumlah 3 unit dan sekrup 1
cm dengan nomor komponen 007 berjumah 6 unit yang akan mengalami perakitan ke 4
menjadi lemari hijab. Level 2 merupakan perakitan 2 yang akan digabung dengan
komponen papan samping kiri dengan nomor komponen 005 dengan jumlah 1 unit dan
sekrup 1 cm dengan nomor komponen 007 dengan jumlah 3 unit. Level 3 menunjukkan
papan atas dengan nomor komponen 004 dengan jumlah 1 unit, sekrup 1 cm dengan
nomor komponen 007 berjumlah 7 unit dan gantungan berjumlah 2 unit dengan nomor
komponen 008 yang akan mengalami penggabungan dengan perakitan 2. Level 4
merupakan penggabungan antara perakitan 1 dengan papan samping kecil dengan
nomor komponen 003 dengan jumlah 1 unit dan sekrup 1 cm dengan nomor komponen
007 dengan jumlah 3 unit. Level 5 menunjukkan komponen papan bawah dengan nomor
komponen 002 berjumlah 1 unit dan sekrup 1 cm dengan nomor komponen 007
berjumlah 3 unit yang akan mengalami perakitan yaitu perakitan 1.
Tabel mengenai Bill of Material Implotion dan Eksplotion disusun berdasarkan komponen
yang digunakan dalam menggambarkan perakitan lemari hijab. Berdasarkan struktur
produk Implotion dan Eksplotion yang telah disusun sesuai
dengan perakitan pada produk lemari hijab, berikut ini merupakan tabel 8. Bill of Material Implotion.
Tabel 8. Bill
of Material (BOM) Implotion
No.
|
Level
|
Kode
|
Deskripsi
|
Kuantitas
|
001
|
0
|
PSKA
|
Papan Samping Kanan
|
1
|
002
|
0
|
PB
|
Papan Bawah
|
1
|
003
|
1
|
PSKE
|
Papan Samping Kecil
|
1
|
004
|
2
|
PA
|
Papan Atas
|
1
|
005
|
3
|
PSKI
|
Papan Samping Kiri
|
1
|
006
|
4
|
PS
|
Papan Sekat
|
3
|
-
|
5
|
LH
|
Lemari Hijab
|
1
|
007
|
0,1,2,3,4
|
SK
|
Sekrup 1 cm
|
22
|
008
|
2
|
GL
|
Gantungan Lemari
|
2
|
Tabel BOM implotion mengurutkan keterangan
komponen berdasarkan level paling rendah menuju level paling tinggi, bagian
bawah tabel diletakkan komponen tambahan. Berdasarkan tabel 8. Bill of Material (BOM) Implotion pada komponen 001 yaitu
komponen papan samping kanan berada di level
0 dengan kode PSKA berjumlah 1 unit. Komponen 002 yaitu komponen papan bawah
mempunyai kode PB berada di level 0
berjumlah 1 unit. Komponen 003 yaitu papan samping kecil dengan kode PSKE
berada di level 1 berjumlah 1 unit.
Komponen 004 yaitu papan atas memiliki kode PA berada pada level 2 dengan jumlah 1 unit. Komponen 005 yaitu papan samping kiri
dengan kode PSKI berada di level 3
dengan jumlah 1 unit. Komponen 006 yaitu papan sekat memiliki kode PS berada di
level 4 berjumlah 3 unit. Lemari hijab disimbolkan dengan LH terletak pada
level 5 dengan kuantitas sebanyak 1 unit. Komponen 007 yaitu sekrup 1 cm dengan
kode SK berada pada level 0,1,2,3,4 dengan jumlah sekrup sebanyak 22 unit.
Komponen 008 yaitu gantungan lemari memiliki kode GL terletak pada level 2
dengan jumlah sebanyak 2 gantungan.
Tabel 9. Bill
of Material (BOM) Explotion
No.
|
Level
|
Kode
|
Deskripsi
|
Kuantitas
|
-
|
0
|
LH
|
Lemari Hijab
|
1
|
006
|
1
|
PS
|
Papan Sekat
|
3
|
005
|
2
|
PSKI
|
Papan Samping Kiri
|
1
|
004
|
3
|
PA
|
Papan Atas
|
1
|
003
|
4
|
PSKE
|
Papan Samping Kecil
|
1
|
002
|
5
|
PB
|
Papan Bawah
|
1
|
001
|
5
|
PSKA
|
Papan Samping Kanan
|
1
|
007
|
1,2,3,4,5
|
SK
|
Sekrup 1 cm
|
22
|
008
|
3
|
GL
|
Gantungan Lemari
|
2
|
Tabel Bill
of Material Eksplotion mengurutkan dari induk sampai dengan komponen level
paling rendah, komponen tambahan diletakkan pada bagian tabel paling bawah.
Berdasarkan tabel 9. Bill of Material (BOM)
Eksplotion didapatkan informasi bahwa
lemari hijab memiliki kode LH berada pada level 0 dengan kuantitas 1 unit.
Papan sekat berada pada level 1 dengan nomor komponen 006 dengan kuantitas 3
unit. Papan samping kiri memiliki kode PSKI dengan nomor komponen 005 berada
pada level 2 dengan kuantitas 1 unit.
Papan atas dengan kode PA bernomor komponen 004 berada pada level 3
berjumlah 1 unit. Papan samping kecil dengan kode PSKE bernomor komponen 003
berada di level 4 berjumlah 1 unit. Papan bawah memiliki nomor komponen 002
dengan kode PB berjumlah 1 unit. Papan samping kanan bernomor komponen 001
dengan kode PSKA berada pada level 5 berjumlah 1 unit. Sekrup 1 cm dengan kode
SK dengan nomor komponen 007 berada pada level 1,2,3,4,5 dengan jumlah 22
sekrup. Gantungan lemari dengan kode GL bernomor komponen 008 dengan jumlah 2
unit berada pada level 3.
KESIMPULAN DAN
SARAN
Waktu siklus, waktu
normal, dan waktu baku dari proses pembuatan lemari hijab adalah 19,57 menit,19,57 menit dan 22,505 menit. Proses pembuatan produk lemari hijab adalah pertama mengukur
bahan mentah yaitu triplek dengan tebal 1 cm, triplek diukur
sesuai dengan ukuran tiap komponen, kemudian dipotong, dihaluskan dan lubangi
setelah itu dirakit, waktu penyelesaiannya adalah sebesar 37,963 menit. Langkah proses perakitan yang dialami komponen
pembentuk lemari hijab adalah pertama merakit komponen papan samping kanan dengan papan bawah, kemudian dirakit dengan
papan samping kecil, papan atas, papan samping
kiri, dan papan sekat waktu penyelesaianya adalah selama15,123menit. Komponen tambahan lemari hijab adalah gantungan
lemari, dan sekrup 1 cm. Mesin yang digunakan pada proses pembuatan lemari hijab adalah
mesin potong, mesin serut, meja
fabrikasi, meja assembly dan mesin bor. Terdapat 5 level struktur produk
pembuatan lemari hijab baik explotion
maupun implotionyang dimulai dari
level 0 hingga level 5.Perbedaannya hanya pada explotion urutannya dimulai dari produk jadi (induk) sedangkan pada
implotion dimulai dari komponen. BOM dibuat sesuai urutan
level, bukan komponen BOM juga menunjukan kuantitas dari setiap komponen.
Saran ditujukan untuk perbaikan penulisan
selanjutnya.Saran dari penulis adalah agar lebih menggunakan banyak refrensi
sebagai tinjauan pustaka.Sebaiknya lebih memperhatikan perhitungan waktu untuk
OPC, APC, Struktur Produk, maupun BOM. Penulisan juga harus dilakukan dengan
ketelitian yang tinggi untuk megurangi kesalahan .
DAFTAR PUSTAKA
[1] Gasperz, Vincent. 2004. Production Planning And Inventory
Control. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
[2] Sutalaksana, Iftikar Z.,
dkk. 2006. Teknik Tata Cara Kerja. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
[3]Wignjosoebroto, Sritomo.
1995. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Surabaya.
[4] Irawati, Diah ika. 2012. Penentuan
Waktu Standard an Jumlah Tenaga Kerja Optimal pada Produksi Batik. http://ejournal.undip.ac.id/index.php/jgti/article/view/4536/4136(Di akses pada 31
maret 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar