PERENCANAAN
PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PRODUK LEMARI HIJAB
Aan Andri Yana, Annisaa Utami Pangestu, Eka Aprilia, Fransiscus
Serrano, Hanna Amalia, Puspita.
Mahasiswa Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi
Industri,
Universitas Gunadarma
(Jl. Margonda Raya No. 100 Pondok Cina, Depok 16424)
andri_94yana@yahoo.com, pangestuannisaa@gmail.com,ekaaaprilia@gmail.com, serranonano123@gmail.com,hannaamalias@gmail.com,
ABSTRAK
Persaingan
yang semakin ketat dan permintaan konsumen yang selalu berfluktuatif menuntut
perusahaan untuk dapat melakukan sebuah perencanaan kebutuhan material yang
tepat. Perencanaan ini dilakukan untuk menekan biaya operasional dalam proses
produksi. Salah satu cara untuk menekan biaya tersebut adalah dengan
memperhitungkan kecukupan bahan baku yang merupakan faktor utama dalam proses
produksi. Kecukupan bahan baku baik dalam segi jumlah maupun ketepatan waktu
pengiriman yang sesuai dengan jadwal produksi. Terkadang perusahaan dihadapkan
pada permasalahan persediaan stok bahan baku yang tidak tepat untuk memenuhi
permintaan konsumen. Masalah
persediaan bahan baku merupakan permasalahan yang sering dihadapi perusahaan
dalam proses produksi, sehingga dibutuhkan suatu metode untuk pengendalian
persediaan bahan baku atau MRP. Teknik yang digunakan dalam penentuan lot pada
MRP ini adalah teknik Lot For Lot (LFL).
MRP dirancang
untuk situasi permintaan yang dependen atau beragntung dengan permintaan item
lainnya. MRP dapat membantu penerapan sistem produksi yang tepat dan
terkendali dengan baik, untuk mengurangi risiko terjadinya kekurangan bahan
baku pada proses produksi karena pengiriman pesanan yang terlambat maupun
penumpukan material yang berlebihan.
MRP dapat diaplikasikan dalam perencanaan
kebutuhan material pada produk lemari hijab. MRP
dapat digunakan sebagai salah satu cara dalam mewujudkan efisiensi proses
produksi baik menyangkut waktu maupun biaya, sehingga perusahaan dapat memenuhi
permintaan konsumen dengan tepat. Harapan dengan diterapkan MRP ini adalah perusahaan dapat menekan biaya
operasional dengan perencanaan bahan baku yang tepat baik dalam segi jumlah
maupun waktu pengirimannya. Tujuannya
adalah mengetahui kapan material harus dipesan dan mengetahui berapa banyak
material yang harus dipesan.
PENDAHULUAN
Persaingan
yang semakin ketat dan permintaan konsumen yang selalu berfluktuatif menuntut
perusahaan untuk dapat melakukan sebuah perencanaan kebutuhan material yang
tepat. Perencanaan ini dilakukan untuk menekan biaya operasional dalam proses
produksi. Salah satu cara untuk menekan biaya tersebut adalah dengan
memperhitungkan kecukupan bahan baku yang merupakan faktor utama dalam proses
produksi. Kecukupan bahan baku baik dalam segi jumlah maupun ketepatan waktu
pengiriman yang sesuai dengan jadwal produksi. Terkadang perusahaan dihadapkan
pada permasalahan persediaan stok bahan baku yang tidak tepat untuk memenuhi
permintaan konsumen. Masalah persediaan bahan baku merupakan permasalahan
yang sering dihadapi perusahaan dalam proses produksi, sehingga dibutuhkan
suatu metode untuk pengendalian persediaan bahan baku atau MRP. Teknik yang
digunakan dalam penentuan lot pada MRP ini adalah teknik Lot For Lot (LFL).
MRP dapat membantu dalam kelancaran proses produksi
sesuai waktu yang telah ditetapkan. MRP dirancang untuk situasi permintaan yang
dependen atau beragntung dengan permintaan item lainnya. MRP dapat membantu penerapan
sistem produksi yang tepat dan terkendali dengan baik, untuk mengurangi risiko
terjadinya kekurangan bahan baku pada proses produksi karena pengiriman pesanan
yang terlambat maupun penumpukan material yang berlebihan. Teknik yang digunkan
untuk penentuan jumlah lot adalah LFL yang merupakan penetapan ukuran lot atas
dasar permintaan diskrit. Tujuannya untuk meminimumkan ongkos simpan.
MRP dapat
diaplikasikan dalam perencanaan kebutuhan material pada produk lemari hijab.
Alasan penggunaan MRP dikarenakan permintaan terhadap beberapa item bahan baku
pada lemari hijab bergantung dengan permintaan item bahan baku lainnya dan MRP berperan
penting dalam mengendalikan perencanaan persediaan yang optimal. Oleh karena itu MRP dapat digunakan
sebagai salah satu cara dalam mewujudkan efisiensi proses produksi baik
menyangkut waktu maupun biaya, sehingga perusahaan dapat memenuhi permintaan
konsumen dengan tepat. Harapan dengan diterapkan MRP ini adalah perusahaan
dapat menekan biaya operasional dengan perencanaan bahan baku yang tepat baik
dalam segi jumlah maupun waktu pengirimannya.
Berdasarkan
permasalahan diatas maka MRP diterapkan dalam pembuatan penjadwalan persediaan
bahan baku untuk membahas bagaimana
perencanaan kebutuhan material dari masing-masing komponen pada produk lemari
hijab. Masalah yang ada pada perumusan masalah akan dibatasi agar tidak ada
pembahasan yang menyimpang dari permasalahan. Pembatasan masalah dalam
penulisan adalah struktur produk dan bill of material hanya diperoleh
dari struktur produk explotion. Data
perencanaan agregat hanya diperoleh berdasarkan metode yang terpilih dalam
jadwal induk produksi. Scheduled receipt dan
inventory status hanya diperoleh dari
berdasarkan banyaknya pesanan pembeli dan banyaknya
persediaan komponen sebelum memasuki tahap perakitan. Tujuannya
adalah mengetahui kapan material harus dipesan dan mengetahui berapa banyak
material yang harus dipesan.
TINJAUAN PUSTAKA
Metode
MRP yaitu merupakan metode perencanaan dan pengendalian pesanan serta inventory untuk berbagai item-item dependent demand, yang dimana permintaan
cenderung bersifat discontinus and lumpy.
Item-item yang termasuk
dalam dependent demand adalah bahan
baku, parts, subassemblies, and
assemblies, yang disebut dengan manufacturing
inventories. Teknik-teknik MRP dan CRP paling tepat untuk diterapkan dalam
lingkungan job sbop manufacturing,
walaupun MRP dapat diadopsi dalam lingkungan repetitive manufacturing[1].
Metode
perencanaan kebutuhan material adalah prosedur logis, aturan keputusan dan
teknik pencatatan terkomputerisasi yang dirancang untuk menterjemahkan jadwal
induk produksi menjadi kebutuhan bersih material untuk semua item
komponen produk. MRP dikembangkan sebagai metode perencanaan dan pengendalian
pesanan dan persediaan untuk item-item yang saling bergantung,
dimana permintaan cenderung tidak halus atau tidak rata[2].
Sistem MRP dikembangkan berdasarkan
prinsip-prinsip yaitu
memeperoleh material yang tepat dari sumber yang tepat untuk penenpatan yang
tepat pada waktu yang tepat. Tujuan sistem MRP secara umum yaitu meminimalisasi
persediaan, mengurangi resiko keterlembatan pengiriman produksi atau
pengiriman, menentukan pelaksanaan rencana pemesanan, dan menentukan
penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang sudah direncanakan[2].
Sistem MRP terdiri dari input,
proses, dan output. Sistem MRP membutuhkan lima sumber informasi utama
yaitu master production schedule, bill of material, item
master, pesanan –pesanan, dan kebutuhan-kebutuhan. MPS merupakan proses
alokasi untuk membuat sejumlah produk
yang diinginkan termasuk parts pengganti dan suku cadang. MPS
dinyatakan dalam konfigurasi spesifik dengan nomor-nomor item yang ada
dalam item master dan bill of material. Bill of
material merupakan daftar semua material, parts, subassemblies,
serta jumlah dari masing-masing yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit
produk atau parent assembly [2].
Inventory status merupakan
catatan keadaan persediaan yang menggambarkan status semua item yang ada
dalam persediaan. Item master juga berisi data tentang lead time,
teknik ukuran lot yang digunakan, persediaan cadangan, dan informasi lain dari
semua item. Orders dapat berupa shop orders atau manufacturing
order yang diproduksi di dalam pabrik atau purchase orders dengan
proses pembelian dari pemasok eksternal. Pesanan yang secara resmi dalam sistem
MRP telah dikeluarkan ke pabrik atau ke pemasok eksternal yang dosebut dengan released
orders sedangkan pesanan yang masih berada dalam file komputer yang
belum dikeluarkan secara resmi dinamakan planned order receipts[2].
Catatan
kebutuhan berisi informasi tentang nomor item yang dibutuhkan, jumlah
yang dibutuhkan, waktu yang dibutuhkan, dan jumlah yang dkeluarkan dari stock
room. Requirement terdiri dari dua jenis yaitu internal requirement dan
external requirement. Internal requirement merupakan digunakan dalam
pabrik untuk membuat produk lain. External requirement digunakan untuk
membuat produk yang akan dikirik ke luar pabrik berupa pesanan pelanggan, servive
parts, dan sales forecast [2].
Output
MRP adalah berupa rencana pemesanan atau rencana produksi yang dibuat atas
dasar lead time. Lead time dari suatu item yang dibeli
adalah rentang waktu sejak pesanan dilakukan sampai barang diterima. Lead
time item yang dibuat adalah rentang waktu sejak perintah pembuatan sampai
dengan item selesai diproses. Rencana pemesanan memiliki dua tujuan
yaitu menentukan kebutuhan bahan pada tingkat lebih bawah dan memproyeksikan
kebutuhan kapasitas[3].
Langkah - langkah dasar dalam
penyusunan proses MRP adalah netting, lotting, offsetting,
dan exploding. Netting
(kebutuhan bersih) merupakan proses perhitungan kebutuhan bersih untuk setiap
periode selama horison perencanaan. Lotting merupakan proses penentuan besarnya
ukuran jumlah pesanan yang optimal untuk sebuah item, berdasarkan kebutuhan bersih
yang dihasilkan. Offsetting (rencana pemesanan) bertujuan untuk
menentukan kuantitas pesanan yang dihasilkan proses lotting. Penentuan rencana saat
pemesanan ini diperoleh dengan cara mengurangkan saat kebutuhan bersih yang harus
tersedia dengan waktu ancang-ancang. Exploding merupakan proses
perhitungan kebutuhan kotor untuk tingkat yang lebih bawah dalam suatu struktur
produk, serta didasarkan atas rencana pemesanan[4].
METODOLOGI
PENULISAN
Metodologi
penulisan merupakan langkah-langkah prosedur yang dilakukan dalam proses
pembuatan laporan akhir perencanaan kebutuhan material atau material requirement planning. Metodologi penulisan pada laporan
akhir ini terdiri dari beberapa bagian atau kerangka penulisan menyangkut
kegiatan yang dilakukan. Metodologi
penulisan dilakukan untuk mengetahui tahapan-tahapan dalam pengolahan data pada
laporan akhir. Berikut pembahasan metodologi penulisan tahapan-tahapan pada
MRP. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat
tinjauan pustaka.
Tinjauan pustaka ini dibuat guna dijadikan pembanding
dari hasil yang didapat dengan teori-teori yang telah ada. Langkah kedua
mengumpulkan data penunjuang karena diperlukan
suatu input sebagai dasar informasi
atau acuan dalam langkah awal kegiatan MRP. Input
tersebut terdapat lima hal, yaitu struktur produk, daftar material, jadwal
induk produksi (JIP), status persediaan, dan jadwal perencanaan yang
direncanakan. Berdasarkan input tersebut maka dilakukan kegiatan MRP.
Langkah selanjutnya adalah melakukan kegiatan awal yang
dilakukan adalah menghitung kebutuhan kotor atau gross requirement. Kebutuhan kotor ini diketahui dari data
perencanaan agregat sebelumnya. Langkah selanjutnya yaitu mengolah kebutuhan
bersih dengan perhitungan netting. Kemudian setelah itu melakukan
proses lotting jika netting telah diketahui. Proses lotting ini bertujuan menentukan jumlah item individu berdasarkan kebutuhan
bersih. Langkah selanjutnya adalah melakukan kegiatan offsetting, kegiatan ini
dilakukan agar mengetahui batas waktu berdasarkan lead time. Semua kegiatan perhitungan yang dilakukan telah sesuai
maka kegiatan MRP telah selesai dilakukan, jika kegiatan perhitungan pada MRP
belum mencukupi atau tidak sesuai maka lakukan kegiatan exploding atau menghitung kebutuhan kotor. Kebutuhan kotor kemudian
diolah kembali dengan melakukan netting,
lotting, dan offsetting hingga
semua yang direncanakan sesuai.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Proses
pembuatan perencanaan persediaan bahan baku memiliki beberapa data penunjang
yang akan diolah sehingga menghasilkan sebuah MRP. Data-data tersebut adalah
data perencaan agregat yang diperoleh berdasarkan jadwal induk produksi,
struktur produk explotion, bill of material explotion, dan schedule receipts. Keempat data tersebut
akan dilampirkan dibawah ini, berikut ini adalah data perencanaan agregat
berdasarkan JIP yang akan digunakan.
Tabel 1
Data Perencanaan Agregat
Bulan
|
Data
Peramalan
|
Perencanaan
Agregat
|
1
|
623
|
698
|
2
|
625
|
625
|
3
|
626
|
627
|
4
|
628
|
628
|
5
|
630
|
630
|
6
|
632
|
633
|
7
|
633
|
633
|
8
|
635
|
635
|
9
|
637
|
638
|
10
|
639
|
639
|
11
|
641
|
642
|
12
|
642
|
642
|
Tabel
perencanaan agregat digunakan untuk memberikan informasi mengenai kebutuhan
kotor yang disediakan pada setiap periode. Kebutuhan kotor ini diperoleh berdasarkan
hasil peramalan periode sebelumnya. Kebutuhan kotor (Gross requirement) adalah total dari semua kebutuhan, termasuk
semua kebutuhan yang diantisipasi untuk setiap periode waktu. Berdasarkan tabel
dapat diketahui bahwa kebutuhan kotor untuk periode pertama adalah sebesar 698
unit. Data berikutnya yang dilampirkan adalah struktuy produk explotion, seperti pada gambar 1 dibawah
ini.
Gambar 1
Struktur Produk Explotion Lemari
Hijab
Struktur produk digunakan untuk memberikan
informasi mengenai urutan level , part
number dari masing-masing komponen, kuantitas masing-masing komponen, dan
juga merupakan acuan dalam pembuatan BOM. Struktur produk yang digunakan adalah
jenis explotion dimana struk produk
ini dibuat berurut berdasarkan urutan perakitan pertama diletakan pada level
paling bawah hingga menjadi sebuah produk lemari hijab pada level 0 dipaling
atas. Data berikutnya yang dilampirkan adalah bill of material explotion, yang ditunjukkan pada tabel 2 dibawah
ini.
Tabel 2 Bill Of Material Explotion
No.
|
Level
|
Kode
|
Deskripsi
|
Kuantitas
|
-
|
0
|
LH
|
Lemari
Hijab
|
1
|
006
|
1
|
PS
|
Papan
Sekat
|
3
|
005
|
2
|
PSKI
|
Papan
Samping Kiri
|
1
|
004
|
3
|
PA
|
Papan
Atas
|
1
|
003
|
4
|
PSKE
|
Papan
Samping Kecil
|
1
|
002
|
5
|
PB
|
Papan
Bawah
|
1
|
001
|
5
|
PSKA
|
Papan
Samping Kanan
|
1
|
007
|
1,2,3,4,5
|
SK
|
Sekrup
1 cm
|
22
|
008
|
3
|
GL
|
Gantungan
Lemari
|
2
|
Bill
of material digunakan
untuk memberikan informasi mengenai daftar material yang dibutuhkan dalam
pembuatan lemari hijab dengan lebih jelas. Data-data didalam BOM ini didapatkan
berdasarkan struktur produk yang telah dilampirkan sebelumya. Dapat diketahui
terdapat 9 macam komponen yang dibutuhkan dengan satu komponen independen yaitu
lemari hijab. Bill of material ini
juga merupakan BOM explotion sama
dengan struktur produknya. Data berikutnya yang dilampirkan adalah schedule receipt, yang ditunjukkan pada
tabel 3 dibawah ini.
Tabel 3 Schedule Receipt
No. ID
|
Part Number
|
Part Name
|
Due Date
|
Schedule Receives
|
Lot Size
|
Satuan
|
Lead Time
|
Begin Inventory
|
Quantity
|
1
|
-
|
LH
|
0
|
0
|
LFL
|
Unit
|
0
|
0
|
1
|
2
|
001
|
PSKA
|
2
|
338
|
19
|
Lbr
|
2
|
355
|
1
|
3
|
002
|
PB
|
2;3
|
370;314
|
20
|
Lbr
|
1
|
302
|
1
|
4
|
003
|
PSKE
|
1
|
200
|
23
|
Lbr
|
2
|
307
|
1
|
5
|
004
|
PA
|
3
|
367
|
18
|
Lbr
|
2
|
304
|
1
|
6
|
005
|
PSKI
|
2
|
329
|
21
|
Lbr
|
3
|
326
|
1
|
7
|
006
|
PS
|
1;3
|
320;361
|
25
|
Lbr
|
2
|
350
|
3
|
8
|
007
|
SK
|
2;4
|
296;310
|
50
|
Pcs
|
4
|
311
|
22
|
9
|
008
|
GL
|
2
|
378
|
15
|
Pcs
|
1
|
339
|
2
|
Tabel diatas
menjelaskan banyaknya komponen yang dibutuhkan berdasarkan pesanan pada horizon yang telah ditentukan. Status
persediaan awal juga terlihat dari masing-masing komponen, dan banyaknya
kuantitas yang dibutuhkan untuk membuat 1 unit produk lemari hijab. Satuan untuk tiap komponen juga dijelaskan untuk memperjelas dimensi
dari komponen yang menjadi bahan utama produk lemari hijab. Lemari hijab memiliki besar lot size LFL
karena produk lemari hijab merupakan produk
independen, dimana produk tidak mempengaruhi perakitan lainnya. LFL tersebut
berarti Lot for lot dimana LFL itu
merupakan salah satu metoda lot sizing
atau pengukuran lot yang digunakan perusahaan sebagai metode untuk lemari hijab.
Pada part number 002 terdapat 2 due
date dan schadule receives, hal
ini menunjukkan bahwa pada bulan ke dua akan datang pesanan berupa material
papan bawah sebanyak 370 unit dan pada bulan ke 3 sebanyak 314 unit papan
bawah.
Tabel 4 MRP
Lemari Hijab
Part Number : -
|
Lot Size : LFL
|
Lead Time : 0
|
||||||||||
Part Name
: LH
|
Level :
0
|
Qty : 1
|
||||||||||
Periode
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
GR
|
698
|
625
|
627
|
628
|
630
|
633
|
633
|
635
|
638
|
639
|
642
|
642
|
SR
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
BI
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
NR
|
698
|
625
|
627
|
628
|
630
|
633
|
633
|
635
|
638
|
639
|
642
|
642
|
PORt
|
698
|
625
|
627
|
628
|
630
|
633
|
633
|
635
|
638
|
639
|
642
|
642
|
PEI
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
PORel
|
698
|
625
|
627
|
628
|
630
|
633
|
633
|
635
|
638
|
639
|
642
|
642
|
Nilai-nilai yang diperoleh pada
tabel dilakukan dengan beberapa perhitungan. Berikut ini adalah langkah
perhitungan untuk setiap nilai yang terdapat pada tabel. GR atau gross rewuirement diperoleh dari data
agregat yang merupakan hasil dari JIP yang kemudian dikalikan dengan kuantitas,
sedangkan nilai SR dan BI diperoleh dari data schedule receipt dan begin
inventori. Selanjutnya adalah menentukan besarnya nilai begin inventory untuk semua periode,
berikut merupakan contoh perhitungannya.
BI = 0
(Untuk periode pertama)
=
(BI)t-1 – (GR) t-1 – (SR) t-1 (untuk periode
ke-2)
= 0
– 698 – 0
= -
698 (dianggap 0)
Setelah
melakukan perhitungan nilai begin
inventory makan selanjutnya adalah menentukannilai net requirement untuk semua periode. Berikut ini merupakan contoh
perhitungan NR untuk periode pertama dan periode kedua.
NR pada periode pertama (NR)1 = (GR)1 – (SR)1 –
(BI)1
= 698 – 0
– 0 = 698 unit
NR pada periode kedua (NR)2 = (GR)2 – (SR)2 –
(BI)2
= 625
– 0 – 0 = 625 unit
Perhitungan
selanjutnya adalah menentukan nilai PORt dan PEI. Berikut ini merupakan contoh
perhitungan untuk faktor pengali yang menjadi masukkan utnuk mencari nilai PORt
dan PEI. Nilai PORt pada produk independen sama dengan nilai NR yang
dibutuhkan. Hal ini disebabkan karena jenis lot
sizing yang digunakan adalah lot for
lot sehingga produksi periode pertama tidak berpengaruh pada produksi
periode lainnya. Nilai PEI secara otomatis akan bernilai nol karena PORt sama
dengan NR.
Langkah terakhir yaitu menentukan
PORel semua periode. PORel ditentukan berdasarkan berapa lead time. Produk independen tidak memiliki nilai lead time karena produk yang sudah jadi
bukan lagi sesuatu yang direncakan, melainkan sudah menjadi produk yang siap
untuk dijual dan dipasarkan.
GR atau yang
biasa disebut dengan gross requirement merupakan
perhitungan dari banyaknya permintaan kotor terhadap kebutuhan produksi yang diperoleh
berdasarkan perencanaan agregat. Nilai SR yaitu scheduled receipt yang berarti jumlah
pesanan item berdasarkan permintaan dari masing-masing periode terhadap produk
lemari hijab adalah 0 (nol) karena rencana MRP untuk kasus ini merupakan permintaan
independen. Hal tersebut dinyatakan karena lemari hijab sudah menjadi sebuat end-item yang tidak lagi dibutuhkan
untuk kebutuhan produksi yang berupa material. BI atau begin inventory merupakan
persediaan awal yang dimiliki perusahaan. Perhitungan
pada periode pertama untuk lemari hijab 0 karena tidak terdapat produk akhir lemari hijab pada periode pertama. Nilai NR atau perhitungan permintaan bersih didapat dari pengurangan gross requirement terhadap masing-masing
SR dan BI. Untuk nilai PORt juga tidak mengalami perubahan karena alasan yang
sama yaitu data yang independen. PEI bernilai 0 (nol) karena jumlah permintaan
kebutuhan produksi maupun jumlah produksi adalah sama, yaitu 698 unit. PORel bernilai 0 karena tidak adanya batasan waktu produksi pada lead time maupun due date yang ditentukan oleh permintaan.
Tabel 5 Perhitungan MRP Papan Samping Kanan
Part Number : 001
|
Lot Size : 19
|
Lead Time : 2
|
||||||||||
Part Name : PSKA
|
Level : 5
|
Qty : 1
|
||||||||||
Periode
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
GR
|
698
|
625
|
627
|
628
|
630
|
633
|
633
|
635
|
638
|
639
|
642
|
642
|
SR
|
0
|
338
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
BI
|
355
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
NR
|
343
|
287
|
627
|
628
|
630
|
633
|
633
|
635
|
638
|
639
|
642
|
642
|
PORt
|
361
|
342
|
247
|
627
|
627
|
646
|
627
|
646
|
627
|
646
|
646
|
646
|
PEI
|
18
|
55
|
0
|
0
|
0
|
13
|
0
|
11
|
0
|
7
|
4
|
4
|
PORel
|
247
|
627
|
627
|
646
|
627
|
646
|
627
|
646
|
646
|
646
|
0
|
0
|
Perhitungan yang dilakukan untuk papan
samping kanan ini dilakukan dengan menggunakan contoh perhitungan. Dibawah ini
merupakan contoh pehitungan perencanaan kebutuhan material pada papan samping
kanan periode 1:
GR =
Perencanaan agregat x kuantitas
=
698 x 1 = 698
SR =
Berdasarkan tabel schedule receipt =
338
BI =
Berdasarkan tabel schedule receipt =
355
NR =
GR 1 – SR 1 – BI 1
=
698 – 0 – 355 = 343
PORt =
(NR/ Lot Size) x Lote size
=
(343/19)=18,05=19 x 19 =361
PEI =
PORt – NR periode 1= 361 – 343 = 18
PORel =
Berdasarkan hasil perhitungan PORt dengan lead
time = 2
=
247
Contoh perhitungan diatas dapat
mewakili contoh perhitungan MRP dengan metode lot for lot untuk setiap komponenya. Tabel 5
hasil perhitungan MRP yaitu komponen papan samping kanan dengan lot size 19. Lot size pada papan samping kanan adalah 19, kuantitas optimal
pemesanannya adalah 19. GR merupakan kebutuhan kotor, kebutuhan kotor
masing-masing periode merupakan nilai perencanaan agregat dikali dengan
quantitasnya. GR (gross requirement) sebesar 698 untuk periode 1 artinya
kebutuhan kotor pada periode 1 adalah 698. Schedule
receives pada PSKA sebesar 338 artinya barang yang diterima pada periode 2
adalah sebanyak 338 unit. Begin inventory
ini merupakan persediaan dari masing-masing komponen, papan samping kanan yaitu
sebanyak 355. Nilai NR (net requirment) untuk periode 1 adalah
sebesar 343 artinya adalah kebutuhan bersih pada periode 1 adalah sebesar 343. Nilai
PORt untuk periode 1 adalah 361 yang artinya pemesanan komponen yang dibutuhkan
untuk menutupi kebutuhan bersih pada periode 1 adalah sebesar 361. Nilai PEI
periode 1 adalah sebesar 18 artinya perencanaan persediaan akhir pada periode 1
adalah sebanyak 18. Nilai PORel untuk periode 1 adalah 247 artinya pesanan yang
sudah harus ada pada periode 1 adalah sebesar 247 untuk penggunaan pada periode
3. Berikut ini Tabel 5 merupakan tabel perhitungan perencanaan kebutuhan
material (MRP) untuk komponen papan bawaht:
Tabel 6 Perhitungan MRP Papan Bawah
Part Number : 002
|
Lot Size : 20
|
Lead Time : 1
|
||||||||||
Part Name : PB
|
Level : 5
|
Qty : 1
|
||||||||||
Periode
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
GR
|
698
|
625
|
627
|
628
|
630
|
633
|
633
|
635
|
638
|
639
|
642
|
642
|
SR
|
0
|
370
|
314
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
BI
|
302
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
NR
|
396
|
255
|
313
|
628
|
630
|
633
|
633
|
635
|
638
|
639
|
642
|
642
|
PORt
|
400
|
400
|
120
|
320
|
640
|
620
|
640
|
640
|
640
|
640
|
640
|
660
|
PEI
|
4
|
145
|
0
|
0
|
10
|
0
|
7
|
5
|
2
|
1
|
0
|
18
|
PORel
|
400
|
120
|
320
|
640
|
620
|
640
|
640
|
640
|
640
|
640
|
660
|
0
|
Perhitungan yang dilakukan untuk papan
bawah ini dilakukan dengan menggunakan contoh perhitungan. Dibawah ini
merupakan contoh pehitungan perencanaan kebutuhan material pada papan bawah
periode 1:
GR =
Perencanaan agregat x kuantitas
=
698 x 1 = 698
SR =
Berdasarkan tabel schedule receipt =
370;314
BI =
Berdasarkan tabel schedule receipt =
302
NR =
GR 1 – SR 1 – BI 1
=
698 – 0 – 302 = 396
PORt =
(NR/ Lot Size) x Lote size
=
(396/20)=19,8=20 x 20 =400
PEI =
PORt – NR periode 1= 400 – 396 = 4
PORel =
Berdasarkan hasil perhitungan PORt dengan lead
time = 1
=
400
Contoh perhitungan diatas dapat
mewakili contoh perhitungan MRP dengan metode lot for lot untuk setiap komponenya. Tabel 6
hasil perhitungan MRP yaitu komponen papan bawah dengan lot size 20. Lot size pada
papan bawah adalah 20, kuantitas optimal pemesanannya adalah 20. GR merupakan
kebutuhan kotor, kebutuhan kotor masing-masing periode merupakan nilai
perencanaan agregat dikali dengan quantitasnya. GR (gross requirement) sebesar
698 untuk periode 1 artinya kebutuhan kotor pada periode 1 adalah 698. Schedule receives pada PB sebesar 370
artinya barang yang diterima pada periode 2 adalah sebanyak 370 unit dan 314
artinya barang yang diterima pada periode 3 adalah sebanyak 314 unit. Begin inventory ini merupakan persediaan
dari masing-masing komponen, papan bawah yaitu sebanyak 302. Nilai NR (net
requirment) untuk periode 1 adalah sebesar 396 artinya adalah kebutuhan
bersih pada periode 1 adalah sebesar 396. Nilai PORt untuk periode 1 adalah 400
yang artinya pemesanan komponen yang dibutuhkan untuk menutupi kebutuhan bersih
pada periode 1 adalah sebesar 400. Nilai PEI periode 1 adalah sebesar 4 artinya
perencanaan persediaan akhir pada periode 1 adalah sebanyak 4. Nilai PORel untuk
periode 1 adalah 400 artinya pesanan yang sudah harus ada pada periode 1 adalah
sebesar 400 untuk penggunaan pada periode 2.
Tabel 7 Hasil
Perhitungan MRP Komponen Papan
Samping Kecil
Part Number : 003
|
Lot Size :
23
|
Lead Time
: 2
|
||||||||||
Part Name : PSKE
|
Level : 4
|
Qty : 1
|
||||||||||
Periode
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
GR
|
698
|
625
|
627
|
628
|
630
|
633
|
633
|
635
|
638
|
639
|
642
|
642
|
SR
|
200
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
BI
|
307
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
NR
|
191
|
625
|
627
|
628
|
630
|
633
|
633
|
635
|
638
|
639
|
642
|
642
|
PORt
|
207
|
621
|
621
|
644
|
621
|
621
|
644
|
644
|
621
|
644
|
644
|
644
|
PEI
|
16
|
12
|
6
|
22
|
13
|
1
|
12
|
21
|
4
|
9
|
11
|
13
|
PORel
|
621
|
644
|
621
|
621
|
644
|
644
|
621
|
644
|
644
|
644
|
0
|
0
|
Nilai-nilai tabel diatas
diperoleh dengan beberapa langkah perhitungan. Berikut adalah langkah-langkah
perhitungan MRP komponen papan samping kecil. Nilai GR (Gross Requirement) dapat diperoleh dari data hasil jadwal induk produksi.
Nilai SR (Schedule Receipt) dan BI (Begin Inventory)
diperoleh dari data data status persediaan atau schedule receipt. Perhitungan nilai GR (Gross Requirement) untuk
periode pertama adalah seperti perhitungan di bawah ini.
Gross
requirement periode
pertama (GR)1 = Perencanaan
Agregat x kuantitas
=
698 x 1
=
698
Nilai gross requirement dan schedule receipts dari
perhitungan di atas dapat digunakan untuk menentukan nilai begin inventory periode kedua. Nilai begin inventory periode pertama
hanya dapat diketahui dari tabel schedule receipts. Nilai schedule
receipts untuk periode pertama adalah sebesar 307. Perhitungan nilai begin inventory untuk periode kedua
menggunakan data dari nilai begin inventory, gross requirement, dan schedule receipts pada periode pertama. Berikut merupakan
contoh perhitungan begin inventory
untuk periode kedua.
Begin
inventory
pada periode kedua (BI)2 =
(BI)1 – (GR)1 + (SR)1
=
307 – 698 + 200
= -191 (dianggap 0)
Nilai net requirement dapat diperoleh dari nilai selisih gross requirement, schedule receipts, dan begin inventory. Berikut
ini merupakan contoh perhtungan net
requirement untuk periode pertama dan kedua.
NR pada periode pertama (NR)1 = (GR)1 – (SR)1
– (BI)1
= 698 –
200 – 307
=
191 unit
NR pada periode kedua (NR)2 = (GR)2 – (SR)2
– (BI)2
= 625– 0
– 0
=
625 unit
Langkah
selanjutnya adalah menentukan faktor pengali untuk tiap periode. Nilai faktor
pengali periode pertama dapat diperoleh dari nilai net requirement dan lot size yang diketahui dari tabel schedule
receipts. Nilai faktor
pengali akan menjadi masukan yang dapat digunakan untuk perhitungan nilai PORt
(Planned Order Receipts) dan PEI (Planned Ending Inventory). Berikut
ini merupakan contoh perhitungan untuk faktor pengali periode pertama.
Faktor pengali periode pertama (FP)1
Nilai faktor pengali
periode pertama dapat digunakan untuk menentukan nilai PORt (Planned Order
Receipts). Nilai PORt (Planned Order Receipts) dapat dihitung
berdasarkan jumlah lot size yang diketahui dari tabel schedule
receipts dan hasil pembulatan ke atas nilai faktor pengali. Berikut
merupakan perhitungan nilai PORt (Planned Order Receipts) untuk periode
pertama.
Nilai
PORt1 (Planned Order Receipts) Periode Pertama = LS x (FP)1
= 23 x 9
=
207
Nilai PORt (planned order receipts)
dapat digunakan untuk perhitungan PEI (Planned Ending Inventory). Nilai Planned
Ending Inventory periode pertama diperoleh berdasarkan nilai net
requirement periode pertama dan planned order receipts periode
pertama. Berikut merupakan contoh perhitungan dari PEI (Planned Ending
Inventory) unntuk periode pertama.
Nilai PEI1 (Planned Ending Inventory)
Periode Pertama = (PORt)1
– (NR)1
=
897 – 896
=
16 unit
Nilai PEI (Planned Ending Inventory) pada
periode pertama digunakan untuk perhitungan faktor pengali pada periode kedua.
Faktor pengali periode kedua diperoleh dari nilai net requirement untuk
periode kedua, planned ending inventory untuk periode pertama dan nilai lot
size yang terdapat pada schedule receipts. Faktor pengali periode
kedua akan menjadi masukan untuk perhitungan nilai PORt (Planned Order
Receipts) dan PEI (Planned Ending Inventory) pada periode kedua.
Berikut merupakan contoh perhitungan dari faktor pengali periode kedua.
Faktor
pengali periode kedua (FP)2
Nilai faktor pengali
periode kedua dapat digunakan untuk menentukan nilai PORt (Planned Order
Receipts) periode kedua. Nilai PORt (planned order receipts) dapat
dihitung berdasarkan jumlah lot size yang diketahui dari tabel schedule
receipts dan hasil pembulatan ke atas nilai faktor pengali periode kedua.
Berikut merupakan perhitungan nilai PORt (Planned Order Receipts) untuk
periode kedua.
Nilai PORt2 (Planned
Order Receipts) Periode kedua =
LS x (FP)2
= 23 x
27
=
621 unit
Nilai PEI (Planned Ending Inventory) pada
periode pertama digunakan untuk perhitungan PEI (Planned Ending Inventory) pada
periode kedua. Nilai Planned Ending Inventory periode kedua diperoleh
berdasarkan nilai net requirement periode kedua dan planned order
receipts periode kedua. Berikut merupakan contoh perhitungan dari planned
ending inventory untuk periode kedua.
Nilai PEI2 (Planned Ending
Inventory) Periode kedua = (PORt)2
– ((NR)2 -(PEI)1)
=
621– (625 – 16)
=
12 unit
Langkah terakhir yaitu menentukan
PORel (Planned Order Release) semua periode. Nilai PORel (Planned
Order Release) ditentukan berdasarkan berapa lead time. Nilai lead time untuk komponen papan samping kecil adalah 2, maka nilai PORel (Planned Order Release) periode
pertama sama dengan PORt di periode ketiga dan seterusnya.
Tabel 3 menjelaskan hasil
perhitungan berdasarkan lot size komponen
papan samping kecil sebanyak 23 unit. Nilai gross
requirement didapatkan dari hasil perkalian perencanaan agregat dengan
jumlah kuantitas komponen papan samping kecil yaitu sebanyak 1 unit. Contoh
nilai gross requirement pada periode pertama yang diperoleh nilai
sebesar 698 berdasarkan dari hasil perkalian 698 unit dengan jumlah kuantitas
untuk komponen papan samping samping kecil yaitu sebesar 1 unit. Nilai schedule
receipts diperoleh dari kebutuhan produksi yang diminta pada periode
pertama sebanyak 200 unit. Begin inventory atau inventori awal
didapatkan dari persediaan yang sudah siap digunakan sebelum memulai proses
perakitan komponen papan samping kecil yaitu sebanyak 307 unit. Nilai hasil
perhitungan schedule receipts dan begin inventory termasuk dalam
tahap netting dimana hasil dari data
tersebut digunakan untuk perhitungan kebutuhan bersih. Nilai netting
requirement periode pertama didapatkan sebanyak 191 unit pada periode
pertama berdasarkan dari selisih nilai gross requirement sebesar 698
unit terhadap jumlah permintaan sebesar 200 unit dan inventori awal sebesar 307
unit. Nilai PORt (Planned Order Receipts) didapatkan berdasarkan
pembulatan ke atas hasil bagi net requirement dengan lot size. Nilai
PORt (Planned Order Receipts) untuk
periode pertama adalah sebesar 207 yang berarti jumlah item yang diterima atau
diproduksi di akhir periode pertama adalah sebesar 207 unit. Nilai PORt
termasuk dalam tahap lotting dimana
pengambilan banyaknya produk tergantung pada besarnya unit pada tiap lot. Nilai
PEI (Planned Ending Inventory) untuk periode pertama diperoleh dari
selisih antara Nilai PORt (Planned Order Receipts) dengan kebutuhan
bersih seperti contoh pada periode pertama didapatkan 16 unit karena
pengurangan PORt (Planned Order Receipts) dengan NR (Net Requirement).
Nilai PEI yang diperoleh paa periode pertama sebesar 16 unit yang mengartikan
bahwa jumlah persediaan yang direncanakan pada akhir periode pertama yaitu
sebesar 16 unit. PORel (Planned Order Release) merupakan jumlah item
yang direncanakan untuk dipesan berdasarkan besarnya jumlah item yang diterima
dan diproduksi atau nilai PORt (Planned Order Receipts). Nilai lead time sebesar 2 menandakan nilai
PORel harus dimulai pada periode ketiga. Hal tersebut berarti perencanaan
pemesanan item sebanyak 207 unit dilakukan pada periode ketiga karena waktu
tenggang pemesanan adalah sebesar 2. PORel (Planned Order Release) termasuk
dalam tahap offsetting karena
termasuk ke dalam proses menentukan kapan waktu untuk melakukan pemesanan
berdasarkan pada lead time yang telah
ditentukan.
Tabel 8 Hasil
Perhitungan MRP Komponen Papan
Atas
Part Number : 004
|
Lot Size :
18
|
Lead Time
: 2
|
||||||||||
Part Name : PA
|
Level : 3
|
Qty : 1
|
||||||||||
Periode
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
GR
|
698
|
625
|
627
|
628
|
630
|
633
|
633
|
635
|
638
|
639
|
642
|
642
|
SR
|
0
|
0
|
367
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
BI
|
304
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
NR
|
394
|
625
|
260
|
628
|
630
|
633
|
633
|
635
|
638
|
639
|
642
|
642
|
PORt
|
396
|
630
|
270
|
612
|
630
|
648
|
630
|
630
|
630
|
648
|
648
|
630
|
PEI
|
2
|
7
|
17
|
1
|
1
|
16
|
13
|
8
|
0
|
9
|
15
|
3
|
PORel
|
260
|
628
|
630
|
633
|
633
|
635
|
638
|
639
|
642
|
642
|
0
|
0
|
Nilai-nilai tabel diatas
diperoleh dengan beberapa langkah perhitungan. Berikut adalah langkah-langkah
perhitungan MRP komponen papan atas. Nilai GR (Gross Requirement) dapat diperoleh dari data hasil jadwal induk
produksi. Nilai SR (Schedule Receipt) dan BI (Begin Inventory)
diperoleh dari data data status persediaan atau schedule receipt. Perhitungan nilai GR (Gross Requirement) untuk
periode pertama adalah seperti perhitungan di bawah ini.
Gross
requirement periode
pertama (GR)1 = Perencanaan
Agregat x kuantitas
=
698 x 1
=
698
Nilai gross requirement dan schedule receipts dari
perhitungan di atas dapat digunakan untuk menentukan nilai begin inventory periode kedua. Nilai begin inventory periode pertama
hanya dapat diketahui dari tabel schedule receipts. Nilai schedule
receipts untuk periode ketiga adalah sebesar 367. Perhitungan nilai begin inventory untuk periode kedua
menggunakan data dari nilai begin inventory, gross requirement, dan schedule receipts pada periode pertama. Berikut merupakan
contoh perhitungan begin inventory
untuk periode kedua.
Begin
inventory
pada periode kedua (BI)2 =
(BI)1 – (GR)1 + (SR)1
=
304 – 698 + 0
= -394 (dianggap 0)
Nilai net requirement dapat diperoleh dari nilai selisih gross requirement, schedule receipts, dan begin inventory. Berikut
ini merupakan contoh perhtungan net
requirement untuk periode pertama dan kedua.
NR pada periode pertama (NR)1 = (GR)1 – (SR)1
– (BI)1
= 698 – 0–
304
=
394 unit
NR pada periode kedua (NR)2 = (GR)2 – (SR)2
– (BI)2
= 625– 0
– 0
=
625 unit
Langkah
selanjutnya adalah menentukan faktor pengali untuk tiap periode. Nilai faktor
pengali periode pertama dapat diperoleh dari nilai net requirement dan lot size yang diketahui dari tabel schedule
receipts. Nilai faktor
pengali akan menjadi masukan yang dapat digunakan untuk perhitungan nilai PORt
(Planned Order Receipts) dan PEI (Planned Ending Inventory). Berikut
ini merupakan contoh perhitungan untuk faktor pengali periode pertama.
Faktor pengali periode pertama (FP)1
Nilai faktor pengali
periode pertama dapat digunakan untuk menentukan nilai PORt (Planned Order
Receipts). Nilai PORt (Planned Order Receipts) dapat dihitung
berdasarkan jumlah lot size yang diketahui dari tabel schedule
receipts dan hasil pembulatan ke atas nilai faktor pengali. Berikut
merupakan perhitungan nilai PORt (Planned Order Receipts) untuk periode
pertama.
Nilai
PORt1 (Planned Order Receipts) Periode Pertama = LS x (FP)1
= 18 x
22
=
396
Nilai PORt (planned order receipts)
dapat digunakan untuk perhitungan PEI (Planned Ending Inventory). Nilai Planned
Ending Inventory periode pertama diperoleh berdasarkan nilai net
requirement periode pertama dan planned order receipts periode
pertama. Berikut merupakan contoh perhitungan dari PEI (Planned Ending
Inventory) unntuk periode pertama.
Nilai PEI1 (Planned Ending Inventory)
Periode Pertama = (PORt)1
– (NR)1
=
396 – 394
=
2 unit
Nilai PEI (Planned Ending Inventory) pada
periode pertama digunakan untuk perhitungan faktor pengali pada periode kedua.
Faktor pengali periode kedua diperoleh dari nilai net requirement untuk
periode kedua, planned ending inventory untuk periode pertama dan nilai lot
size yang terdapat pada schedule receipts. Faktor pengali periode
kedua akan menjadi masukan untuk perhitungan nilai PORt (Planned Order
Receipts) dan PEI (Planned Ending Inventory) pada periode kedua.
Berikut merupakan contoh perhitungan dari faktor pengali periode kedua.
Faktor
pengali periode kedua (FP)2
Nilai faktor pengali
periode kedua dapat digunakan untuk menentukan nilai PORt (Planned Order
Receipts) periode kedua. Nilai PORt (planned order receipts) dapat
dihitung berdasarkan jumlah lot size yang diketahui dari tabel schedule
receipts dan hasil pembulatan ke atas nilai faktor pengali periode kedua.
Berikut merupakan perhitungan nilai PORt (Planned Order Receipts) untuk
periode kedua.
Nilai PORt2 (Planned
Order Receipts) Periode kedua =
LS x (FP)2
= 18 x
35
=
630 unit
Nilai PEI (Planned Ending Inventory) pada
periode pertama digunakan untuk perhitungan PEI (Planned Ending Inventory) pada
periode kedua. Nilai Planned Ending Inventory periode kedua diperoleh
berdasarkan nilai net requirement periode kedua dan planned order
receipts periode kedua. Berikut merupakan contoh perhitungan dari planned
ending inventory untuk periode kedua.
Nilai PEI2 (Planned Ending
Inventory) Periode kedua = (PORt)2
– ((NR)2 -(PEI)1)
=
630– (625 – 2)
=
7 unit
Langkah terakhir yaitu menentukan
PORel (Planned Order Release) semua periode. Nilai PORel (Planned
Order Release) ditentukan berdasarkan berapa lead time. Nilai lead time untuk komponen papan atas dalah 2, maka nilai PORel (Planned
Order Release) periode pertama sama dengan PORt di periode ketiga dan
seterusnya.
Tabel 3 menjelaskan hasil
perhitungan berdasarkan lot size komponen
papan atas sebanyak 18 unit. Nilai gross
requirement didapatkan dari hasil perkalian perencanaan agregat dengan
jumlah kuantitas komponen papan atas yaitu sebanyak 1 unit. Contoh nilai gross
requirement pada periode pertama yang diperoleh nilai sebesar 698
berdasarkan dari hasil perkalian 698 unit dengan jumlah kuantitas untuk
komponen papan atas yaitu sebesar 1 unit. Nilai schedule receipts
diperoleh dari kebutuhan produksi yang diminta pada periode ketiga sebanyak 367
unit. Begin inventory atau inventori awal didapatkan dari persediaan
yang sudah siap digunakan sebelum memulai proses perakitan komponen papan atas
yaitu sebanyak 304 unit. Nilai hasil perhitungan schedule receipts dan begin
inventory termasuk dalam tahap netting
dimana hasil dari data tersebut digunakan untuk perhitungan kebutuhan bersih.
Nilai netting requirement periode pertama didapatkan sebanyak 394 unit
pada periode pertama berdasarkan dari selisih nilai gross requirement sebesar
698 unit terhadap jumlah permintaan sebesar 0 unit dan inventori awal sebesar
304 unit. Nilai PORt (Planned Order Receipts) didapatkan
berdasarkan pembulatan ke atas hasil
bagi net requirement dengan lot size. Nilai PORt (Planned Order Receipts) untuk periode pertama adalah sebesar 396
unit yang berarti jumlah item yang diterima atau diproduksi di akhir periode
pertama adalah sebesar 396 unit. Nilai PORt termasuk dalam tahap lotting dimana pengambilan banyaknya
produk tergantung pada besarnya unit pada tiap lot. Nilai PEI (Planned
Ending Inventory) untuk periode pertama diperoleh dari selisih antara Nilai
PORt (Planned Order Receipts) dengan kebutuhan bersih seperti
contoh pada periode pertama didapatkan 2 unit karena pengurangan PORt (Planned
Order Receipts) dengan NR (Net Requirement). Nilai PEI yang
diperoleh pada periode pertama sebesar 2 unit yang mengartikan bahwa jumlah
persediaan yang direncanakan pada akhir periode pertama yaitu sebesar 2 unit.
PORel (Planned Order Release) merupakan jumlah item yang direncanakan
untuk dipesan berdasarkan besarnya jumlah item yang diterima dan diproduksi
atau nilai PORt (Planned Order Receipts). Nilai lead time sebesar 2 menandakan nilai PORel harus dimulai pada
periode ketiga. Hal tersebut berarti perencanaan pemesanan item sebanyak 396
unit dilakukan pada periode ketiga karena waktu tenggang pemesanan adalah
sebesar 2. PORel (Planned Order Release) termasuk dalam tahap offsetting karena termasuk ke dalam
proses menentukan kapan waktu untuk melakukan pemesanan berdasarkan pada lead time yang telah ditentukan.
Tabel 9
Perhitungan Komponen Papan Samping Kiri
Part Number : 005
|
Lot Size : 21
|
Lead time : 3
|
||||||||||
Part Name : PSKI
|
Level : 2
|
Qty : 1 Lbr
|
||||||||||
Periode
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
GR
|
698
|
625
|
627
|
628
|
630
|
633
|
633
|
635
|
638
|
639
|
642
|
642
|
SR
|
0
|
329
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
BI
|
326
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
NR
|
372
|
296
|
627
|
628
|
630
|
633
|
633
|
635
|
638
|
639
|
642
|
642
|
PORt
|
378
|
294
|
630
|
630
|
630
|
630
|
630
|
651
|
630
|
630
|
651
|
651
|
PEI
|
6
|
4
|
7
|
9
|
9
|
6
|
3
|
19
|
11
|
2
|
11
|
20
|
PORel
|
630
|
630
|
630
|
630
|
651
|
630
|
630
|
651
|
651
|
0
|
0
|
0
|
Contoh perhitungan dari Tabel 9:
GR =
Perhitungan Perencanaan Agregat × Kuantitas
=
698 × 1 = 698
SR = Berdasarkan tabel schedule receipt
=
329 pada periode 2
BI = 326 (Untuk periode ke-1)
NR2 = GR2
– SR2 – BI2
=
625 – 329 – 0 = 296
PORt1 =
{Pembulatan ke atas (NR2/lotsize) xlotsize
=
Pembulatan ke atas (296/21)x 21
= 378
PORt2 =
{Pembulatan ke atas ((NR2 – PEI1)/21) x21
=
Pembulatan ke atas ((296-6)/21)x 21
= 294
PEI2 =
(PORt)2 – (NRt)2 + (PEI)1
= 294 – 296 + 6
= 4
PORel2 =
Porel untuk periode ke 2 disesuaikan dengan lead time d dengan melihat nilai setelah 2 periode pada PORt.
= 630
Berdasarkan pada tabel 9 merupakan
tabel dari perhitungan perencanaan kebutuhan material produk lemari hijab
dengan komponen papan samping kiri. Baris schedule
receipt dan begin inventory merupakan
data penunjang yang diperoleh dari tabel sebelumnya. Gross requierement adalah perhitungan kotor yang didapat dari data
perencanaan agregat yang dikalikan dengan banyaknya kuantitas. Pada periode
pertama perencanaan agregat menghasilkan 698. Pembuatan komponen papan samping
kiri memiliki nilai schedule receipt pada
periode 2 sebanyak 329. Selain itu, selama 12 periode terdapat persediaan awal
karena nilai begin inventory sebesar
326 unit, namun pada periode selanjutnya tidak terdapat persediaan awal
dikarenakan sudah terpakai pada awal periode. Besarnya lot size adalah 21 lembar. Artinya minimal perusahaan memesan
komponen papan samping kiri pada perusahaan sebanyak 21 lembar. Besarnya nilai lead time adalah 3 periode. Artinya
perusahaan sudah harus mempersiapkan kebutuhan untuk 3 periode mendatang.
Besarnya Gross Requirements pada
periode ke-2 sebanyak 625 unit. Artinya kebutuhan kotor komponen papan samping
kiri pada periode ke-2 sebanyak 625 unit. Nilai pada Schedule Receipt pada periode ke-2 sebesar 329 lembar. Artinya perusahaan sudah memiliki
jadwal penerimaan komponen di periode ke-2 sebanyak 329 lembar. Nilai pada begin inventory pada periode ke 2
sebesar 0. Artinya pada periode ke-2 perusahaan sudah tidak memiliki persediaan
di gudang. Nilai pada net requirements
pada periode ke 2 sebanyak 296 lembar. Nilai tersebut adalah kebutuhan bersih
yang diperlukan perusahaan pada periode ke 2. Nilai pada planned orders receipt pada periode ke 2 sebesar 294. Nilai
tersebut adalah banyaknya komponen papan samping kiri yang harus disediakan
perusahaan pada periode ke 2. Besarnya nilai planned ending inventory pada periode ke 2 sebesar 4 lembar.
Artinya terdapat sisa produksi komponen papan samping kiri pada periode ke 2
sebanyak 4 lembar. Besarnya nilai pada Planned
Orders Release periode ke 2 sebesar 630 lembar dengan lead time 3 periode. Artinya perusahaan harus mempersiapkan 630
lembar untuk 3 periode mendatang.
Tabel 10 Perhitungan
Komponen Papan Sekat
Part Number : 006
|
Lot Size : 25
|
Lead time : 2
|
||||||||||
Part Name : PS
|
Level : 2
|
Qty : 3 Lbr
|
||||||||||
Periode
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
GR
|
2094
|
1875
|
1881
|
1884
|
1890
|
1899
|
1899
|
1905
|
1914
|
1917
|
1926
|
1926
|
SR
|
320
|
0
|
361
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
BI
|
350
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
NR
|
1424
|
1875
|
1520
|
1884
|
1890
|
1899
|
1899
|
1905
|
1914
|
1917
|
1926
|
1926
|
PORt
|
1425
|
1875
|
1525
|
1900
|
1900
|
1900
|
1900
|
1925
|
1925
|
1925
|
1950
|
1950
|
PEI
|
1
|
1
|
6
|
22
|
32
|
33
|
34
|
54
|
65
|
73
|
97
|
121
|
PORel
|
1525
|
1900
|
1900
|
1900
|
1900
|
1925
|
1925
|
1925
|
1950
|
1950
|
0
|
0
|
Contoh perhitungan dari Tabel 10:
GR =
Perhitungan Perencanaan Agregat × Kuantitas
=
698 × 3 = 2094
SR = Berdasarkan tabel schedule receipt
=
320 pada periode 1 dan 361 pada periode 3
BI = 350 (Untuk periode ke-1)
NR2 = GR2
– SR2 – BI2
=
1875 – 0 – 0 = 1875
PORt1 =
{Pembulatan ke atas (NR1/lotsize) x lotsize
=
Pembulatan ke atas (1424/25)x 25
= 1425
PORt2 =
{Pembulatan ke atas ((NR2 – PEI1)/lotsize) x lotsize
=
Pembulatan ke atas ((1875-1)/25)x 25
= 1875
PEI2 =
(PORt)2 – (NRt)2 + (PEI)1
= 1875 – 1875 + 1
= 1
PORel2 =
Porel untuk periode ke 2 disesuaikan dengan lead time d dengan melihat nilai setelah 2 periode pada PORt.
= 1900
Berdasarkan pada tabel 10
merupakan tabel dari perhitungan perencanaan kebutuhan material produk lemari
hijab dengan komponen papan sekat. Baris schedule
receipt dan begin inventory merupakan
data penunjang yang diperoleh dari tabel sebelumnya. Gross requierement adalah perhitungan kotor yang didapat dari data
perencanaan agregat yang dikalikan dengan banyaknya kuantitas. Pada periode
pertama perencanaan agregat menghasilkan 2094. Pembuatan komponen papan samping
kiri memiliki nilai schedule receipt pada
periode 2 sebanyak 0. Selain itu, selama 12 periode terdapat persediaan awal
karena nilai begin inventory sebesar
350 unit, namun pada periode selanjutnya tidak terdapat persediaan awal
dikarenakan sudah terpakai pada awal periode. Besarnya lot size adalah 25 lembar. Artinya minimal perusahaan memesan
komponen papan sekat pada perusahaan sebanyak 25 lembar. Besarnya nilai lead time adalah 2 periode. Artinya
perusahaan sudah harus mempersiapkan kebutuhan untuk 2 periode mendatang.
Besarnya Gross Requirements pada
periode ke-2 sebanyak 1875 unit. Artinya kebutuhan kotor komponen papan sekat
pada periode ke-2 sebanyak 1875 unit. Nilai pada Schedule Receipt pada periode ke-2 sebesar 0 lembar. Artinya perusahaan sudah memiliki
jadwal penerimaan komponen papan sekat di periode ke-2 sebanyak 0 lembar. Nilai
pada begin inventory pada periode ke
2 sebesar 0. Artinya pada periode ke-2 perusahaan sudah tidak memiliki
persediaan di gudang. Nilai pada net
requirements pada periode ke 2 sebanyak 1875 lembar. Nilai tersebut adalah
kebutuhan bersih yang diperlukan perusahaan pada periode ke 2. Nilai pada planned orders receipt pada periode ke 2
sebesar 1875. Nilai tersebut adalah banyaknya komponen papan sekat yang harus
disediakan perusahaan pada periode ke 2. Besarnya nilai planned ending inventory pada periode ke 2 sebesar 1 lembar.
Artinya terdapat sisa produksi komponen papan samping kiri pada periode ke 2
sebanyak 1 lembar. Besarnya nilai pada Planned
Orders Release periode ke 2 sebesar 1900 lembar dengan lead time 2 periode. Artinya perusahaan harus mempersiapkan 1900
lembar untuk 2 periode mendatang.
Tabel 11 MRP Komponen Sekrup
Part Number
: 007
|
Lot Size : 50
|
Lead Time : 4
|
||||||||||
Part Name : SK
|
Level : 1,2,3,4,5
|
Qty : 22
|
||||||||||
Periode
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
GR
|
15356
|
13750
|
13794
|
13816
|
13860
|
13926
|
13926
|
13970
|
14036
|
14058
|
14124
|
14124
|
SR
|
0
|
296
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
BI
|
311
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
NR
|
15045
|
13454
|
13794
|
13506
|
13860
|
13926
|
13926
|
13970
|
14036
|
14058
|
14124
|
14124
|
PORt
|
15050
|
13450
|
13800
|
13500
|
13900
|
13900
|
13950
|
13950
|
14050
|
14050
|
14100
|
14150
|
PEI
|
5
|
1
|
7
|
1
|
41
|
15
|
39
|
19
|
33
|
25
|
1
|
27
|
PORel
|
13900
|
13900
|
13900
|
13950
|
14050
|
14050
|
14150
|
14100
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Tabel 11
merupakan hasil perhitungan MRP pada komponen tambahan
berupa sekrup ukuran 1 cm
yang digunakan sebagai pengait antar komponen pada
produk lemari hijab. Komponen sekrup 1 cm ini memiliki nilai lot size sebesar 50 unit.
Nilai tersebut menjelaskan berapa kuantitas pesanan dari item bagian sekat lemari hijab yang dipesan. Level pada komponen sekrup 1 cm ini adalah 1,2,3,4, dan 5. Hal ini menunjukan bahwa komponen sekrup 1 cm digunakan pada setiap
level perakitan yang dilakukan. Lead time pada komponen sekrup 1 cm sebesar 4
menit. Lead time selama 4
menit ini merupakan waktu tenggang yang diperlukan komponen sekrup untuk digunakan dalam
perakitan hingga
produk ini selesai dibuat. Quantity pada
komponen sekrup sebanyak 22 unit. Quantity ini merupakan banyaknya jumlah sekrup
yang digunakan dalam pembuatan 1 unit produk lemari
hijab.
Nilai yang terdapat pada GR (gross requirement)
sama dengan nilai perencanaan agregat pada JIP yang
telah dibuat sebelumnya, nilai tersebut menjelaskan total dari semua
kebutuhan, termasuk kebutuhan yang dapat
diantisipasi untuk setiap periode. Nilai tersebut
dikalikan dengan kuantitasnya, sehingga didapat nilai GR pada periode 1
sebanyak 15.356 nilai ini sama dengan perencanaan
agregat, hal ini dikarenakan kuantitas komponen sekrup
sebanyak 22. Nilai scheduled receipt (SR) berada pada
periode kedua yaitu 296 dan berada pada periode keempat yaitu 310, nilai
ini menjelaskan banyaknya komponen sekrup yang
sudah dipesan dan akan diterima pada periode 2 dan 4. Nilai begin inventory (BI) terdapat pada
periode 1 yaitu sebanyak 311 unit, nilai ini menjelaskan banyaknya inventory komponen sekrup
pada awal periode. Persedian inventory
untuk periode kedua hingga periode ke 12 sebanyak 0, karena pada periode 1
keseluruhan inventory sudah habis
terpakai.
Nilai NR (net requirement) pada periode 1 sebanyak 15.045,
nilai ini menjelaskan kebutuhan bersih
komponen. Komponen sekrup untuk diproduksi pada periode yang
bersangkutan. Nilai PORt
periode 1 berjumlah 15.050, artinya adalah jumlah item yang akan
direncanakan untuk dipesan untuk dapat memenuhi perencanaan pada masa datang sebanyak 15.050. Nilai PEI pada periode pertama adalah 5 yang
merupakan perencanaan pada komponen sekrup untuk periode pertama. Nilai PORel
pada periode pertama adalah 13.900, nilai tersebut menjelaskan permintaan yang
akan dilepas kepada vendor untuk memenuhi perencanaan pada periode kedua. Nilai
PORel adalah nilai PORt yang disesuaikan dengan lead time, hal tersebut bisa terjadi karena acuan penentuan pada
PORel adalah PORt. Perhitungan perencanaan kebutuhan selanjutnya adalah
komponen tambahan berupa sekrup. Berikut adalah contoh perhitungan MRP komponen tambahan sekrup 1 cm pada periode pertama.
GR
= Perhitungan perencanaan agregat x kuantitas
= 698 x 22 = 15.356
SR = Berdasarkan tabel schedule receipt
= 296 dan 310
BI = Berdasarkan tabel scheduled receipt
= 311
NR = GR 1 – SR 1 – BI 1
= 15.356-0-311
= 15.045
PORt = (NR)1, for (NR)1
> 0 atau 0, for (NR)1
= 15.050
PEI = PORt – (NR1)
= 15.050-15.045
= 5
PORel = Berdasarkan hasil
perhitungan PORt, lead time = 4
= 13.900
Contoh perhitungan diatas dapat
mewakili contoh perhitungan MRP keseluruhan pada komponen tambahan
gantungan lemari. Tabel ?? merupakan tabel perhitungan perencanaan kebutuhan
material (MRP) untuk komponen tambahan yaitu Gantungan
lemari
adalah sebagai berikut.
Tabel 12 MRP Komponen Gantungan Lemari
Part Number
: 008
|
Lot Size : 15
|
Lead Time : 1
|
||||||||||
Part Name : GL
|
Level : 3
|
Qty : 2
|
||||||||||
Periode
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
GR
|
1396
|
1250
|
1254
|
1256
|
1260
|
1266
|
1266
|
1270
|
1276
|
1278
|
1284
|
1284
|
SR
|
0
|
378
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
BI
|
339
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
NR
|
1057
|
872
|
1254
|
1256
|
1260
|
1266
|
1266
|
1270
|
1276
|
1278
|
1284
|
1284
|
PORt
|
1065
|
870
|
1260
|
1245
|
1260
|
1260
|
1275
|
1260
|
1290
|
1275
|
1275
|
1290
|
PEI
|
8
|
6
|
12
|
7
|
7
|
1
|
10
|
0
|
14
|
11
|
2
|
8
|
PORel
|
870
|
1260
|
1245
|
1260
|
1260
|
1275
|
1260
|
1290
|
1275
|
1275
|
1290
|
0
|
Tabel 12
merupakan hasil perhitungan MRP pada komponen tambahan yaitu komponen gantungan
lemari. Komponen ini memiliki nilai lot
size sebesar
15 unit. Nilai tersebut menjelaskan berapa kuantitas pesanan dari item komponen
gantungan lemari yang dipesan. Level pada
komponen gantungan lemari ini adalah 3, artinya pada perakitan komponen di level ketiga gantungan lemari
tersebut dirakit.
Lead time pada komponen gantungan lemari sebesar 1 menit. Lead time selama 1 menit ini merupakan waktu tenggang yang
diperlukan komponen untuk dirakit dari
saat pembuatan hingga produk lemari hijab ini selesai dirakit.
Quantity pada komponen gantungan lemari sebanyak 2 unit. Quantity ini merupakan banyaknya jumlah komponen gantungan lemari yang digunakan dalam pembuatan 1 unit lemari hijab. Nilai yang terdapat pada GR (gross requirement) sama dengan nilai perencanaan agregat pada JIP,
nilai tersebut menjelaskan total dari semua kebutuhan, termasuk kebutuhan yang
dapat diantisipasi untuk setiap periode.
Nilai GR pada periode 1 sebanyak 1.396, nilai
ini sama dengan perencanaan agregat, hal ini dikarenakan kuantitas komponen gantungan
lemari sebanyak 2. Nilai scheduled receipt (SR) terdapat pada
periode kedua yaitu 378, nilai
ini menjelaskan banyaknya komponen gantungan lemari yang
sudah dipesan dan akan diterima pada periode 2.
Nilai Begin Inventory (BI) terdapat
pada periode 1 yaitu sebanyak 339 unit, nilai ini
menjelaskan banyaknya inventory
komponen gantungan lemari pada awal periode. Persedian inventory untuk periode kedua hingga
periode ke 12 sebanyak 0, karena pada periode 1 keseluruhan inventory sudah habis terpakai.
Nilai NR (net requirement) pada periode 1 sebanyak 1.057,
nilai ini menjelaskan kebutuhan bersih
komponen gantungan lemari untuk
diproduksi pada periode yang bersangkutan. Nilai PORt periode 1 berjumlah 1.065,
artinya jumlah komponen gantungan lemari yang
digunakan sebesar 1.065 unit untuk akhir periode 1. Nilai PEI pada periode pertama adalah 8 yang
merupakan perencanaan pada komponen
tambahan gantungan lemari untuk periode
pertama. Nilai PORel pada periode pertama adalah 870, nilai
tersebut menjelaskan permintaan yang akan dilepas kepada vendor untuk memenuhi
perencanaan pada periode kedua. Nilai PORel adalah nilai PORt yang disesuaikan
dengan lead time, hal tersebut bisa
terjadi karena acuan penentuan pada PORel adalah PORt. Perhitungan perencanaan
kebutuhan selanjutnya adalah komponen papan belakang. Berikut adalah contoh
perhitungan MRP komponen gantungan lemari pada periode pertama.
GR
= Perhitungan perencanaan agregat x kuantitas
= 698 x 2
= 1.396
SR = Berdasarkan tabel schedule receipt
= 378
BI = Berdasarkan tabel scheduled receipt
= 339
NR = GR 1 – SR 1 – BI 1
= 1.396 – 0 – 339
= 1.057
PORt = (NR)1, for (NR)1
> 0 atau 0, for (NR)1
= 1.065
PEI = PORt – (NR1)
= 1.065-1.057
= 8
PORel = Berdasarkan hasil
perhitungan PORt, lead time = 1
= 870
Tabel 13 Rangkuman PORel
Komponen
|
Planned
Order Release (PORel) Periode ke-
|
|||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
|
LH
|
698
|
625
|
627
|
628
|
630
|
633
|
633
|
635
|
638
|
639
|
642
|
642
|
PSKA
|
247
|
627
|
627
|
646
|
627
|
646
|
627
|
646
|
646
|
646
|
0
|
0
|
PB
|
400
|
120
|
320
|
640
|
620
|
640
|
640
|
640
|
640
|
640
|
660
|
0
|
PSKE
|
621
|
644
|
621
|
621
|
644
|
644
|
621
|
644
|
644
|
644
|
0
|
0
|
PA
|
260
|
628
|
630
|
633
|
633
|
635
|
638
|
639
|
642
|
642
|
0
|
0
|
PSKI
|
630
|
630
|
630
|
630
|
651
|
630
|
630
|
651
|
651
|
0
|
0
|
0
|
PS
|
1525
|
1900
|
1900
|
1900
|
1900
|
1925
|
1925
|
1925
|
1950
|
1950
|
0
|
0
|
SK
|
13900
|
13900
|
13900
|
13950
|
14050
|
14050
|
14150
|
14100
|
0
|
0
|
0
|
0
|
GL
|
870
|
1260
|
1245
|
1260
|
1260
|
1275
|
1260
|
1290
|
1275
|
1275
|
1290
|
0
|
Berdasarkan
perhitungan PORel untuk tiap komponen penyusun lemari hijab dapat diketahui rangkuman
nilai PORel yang terdapat pada tabel 13. Nilai PORel yang diperoleh adalah
nilai PORel untuk 6 komponen utama dan 2 komponen tambahan lemari hijab yaitu
papan samping kanan, papan bawah, papan samping kecil, papan atas, papan
samping kiri, papan sekat, sekrup, dan
gantungan. Nilai PORel untuk setiap komponen lemari hijab dapat digunakan untuk
menentukan jumlah jumlah item yang direncanakan untuk dipesan
berdasarkan besarnya jumlah item yang diterima dan diproduksi.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Gasperz,
Vincent. 2004. Production Planning and
Inventory Control. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
[2] Hari Purnomo. 2004. Pengantar Teknik Industri. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
[3] Baroto,Teguh. 2002. Perencanaan dan Pengendalian
Produksi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
[4]Firmansyah dan Dian. 2012. Penerapan
Material Requirement Planing (MRP) Pada Sistem Informasi Pesanan dan Inventory
Control Pada CV ABC. (http://komputa.if.unikom.ac.id/_s/data/jurnal/volume-01/komputa-1-1-penerapan-mrp-dian-12.pdf/pdf/komputa-1-1-penerapan-mrp-dian-12.pdf
diakses pada 26 April 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar